Jumat, 03 Agustus 2012

Inilah 7 Juru Masak Terkaya di Dunia

1. Rachel Ray Spoiler for image: Di urutan pertama muncul nama Rachel Ray. Wanita yang memiliki 4 program masak-memasak di beberapa televisi ini memiliki penghasilan 18 juta dolar.2.Wolfgang Puck Spoiler for image: Di belakang nama Rachel Ray, ada seorang koki pria bernama Wolfgang Puck dengan penghasilan 16 juta dolar pertahun. Koki kelahiran Austria ini memasuki dunia koki selebrity dari the

Rachel Cindy Varadilla, Indonesian actress

Party OPEN AIR PART 4

Foto Sexy Gadis Cantik 6

CEWE SEXY BERBIKINI DI PANTAI

Cantik...Kulit Kuning Langsat

Kamis, 02 Agustus 2012

Clara Diana From Popular Magazine

Party OPEN AIR PART 3

Mahasiswi Swasta Montok Toge

     

Foto Sexy Gadis Cantik 5

Sandra Dewi

Asmirandah

Vicky Shu

Siap Tempur Nich

PAs Lagi MAbok Dikerjain

Rabu, 01 Agustus 2012

Shereen Hot Model

Party OPEN AIR PART 2

Jessica Jung

Gadis Medan Mulus

Novas fotos ...

Cewe Kampus Toge dan Seksi

Anastasia Luppov, Juara Billiard Eropa & Dunia yang SEXY

Sexy Virtual Girl by MARIO WIBISONO RAYNKAZUYA

Lin Yingzhen

Selasa, 31 Juli 2012

Gaya Bercinta Dalam Mobil Agar Cepat Orgasme

1 . Gaya bercinta dalam mobil yang satu ini dinamakan foreplay alias pemanasan. Dilakukan saat mobil jalan kayaknya enak juga ya... hehe, disarankan harus punya sopir pribadi bro... !!!2. Kalo gaya yang satu ini akan tambah seru kalo melewati ada patahan-patahan batu atau kerikil apalagi kayak polisi tidur... wow, mantab kali bro ya...3. Awas bro kalo posisi yang satu ini jangan

2 Pasangan Berbugil Ria

Pemandangan aneh yang tak terduga menyambut para penumpang di subway di London Inggris. Perjalanan naik Subway yang membosankan bagi kebanyakan penumpang akhirnya seolah terobati dengan adanya pemandangan ajaib dimana dua pasang perempuan dan lelaki masuk & berkeliaran di dalam commuter kereta api subway dalam keadaan telanjang bulat !! Dengan bersepatu, menyangking tas kerja & koper (

Olla Ramlan Dugem

Korek Meki Cewek Masih Perawan

 
File: Video0043.mp4
Size: 152643839 bytes (145.57 MiB), duration: 00:01:42, avg.bitrate: 11972 kb/s
Audio: aac, 48000 Hz, mono (und)
Video: h264, yuv420p, 1280x720, 29.97 fps(r) (und)

Download
Via Pigsonic
Via Filehost

Boking Model Cantik

 
File: 00000.MTS.avi
Size: 158662656 bytes (151.31 MiB), duration: 00:02:14, avg.bitrate: 9472 kb/s
Audio: ac3, 48000 Hz, stereo, 256 kb/s
Audio: ac3
Video: h264, yuv420p, 1440x1080, 29.97 fps(r) => 1920x1080

Download
Via Rapidfileshare http://adf.ly/BO8gi
Via Filedefend http://adf.ly/BO8of
Via Sharebees http://adf.ly/BO9DQ
Via Filehost http://adf.ly/BO9Hi

Asian Main Pake Sabun


 
File: Gorgeous_Asian_Secretary.wmv
Size: 68707734 bytes (65.52 MiB), duration: 00:29:36, avg.bitrate: 309 kb/s
Audio: wmav2, 22050 Hz, stereo, 32 kb/s
Video: wmv3, yuv420p, 320x240, 268 kb/s, 30.00 fps(r)
Download Here

Senin, 30 Juli 2012

Sekolah Khusus Untuk Penari Striptease

Foto Seksi Agni Pratistha

Blesteran amrik

Amoy High Class Bro

Kelakuan tante

Cewe gw nih

Wulan Guritno Berbikini Seksi

Senyum Menawan Si Biru

PSK Rasa Import

imut

Terlalu pulas

Alexis parti

Siswi SMU 1 Puri Mojokerto

Siswi Smu Semarang Di Hotel Plaza

Ngakunya masih kelas 2 SMA

CD aNak sMA di anGKOT,

Mahasiswi UNTAR Lagi Bugil

Black nipples milik si gadis

(Cantik) Escort Girl Hotel Shangri-La Surabaya

Toge Bening

Good hotel in San Francisco (California)

Boasting an exceptional location in San Francisco's SoMa district, minutes from Union Square, this unique, environmentally friendly hotel blends state-of-the-art amenities along with creative furnishings made from recycled products.The Good Hotel is only moments from the Westfield Shopping Centre, the Moscone Convention Center and the Asian Art Museum. Many of San Francisco's most famous sites,

cerita hot- Bercinta Dengan Gadis Kampung



abg belahan dada montok 10l.jpg






Cerita Seks ABG - Kala
itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang
seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, sebagai
pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.


Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi
sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya
pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk
masa depan.


Apalagi setelah aku
selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati
hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang
biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila
aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani
si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan
kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta
walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku
cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru.


Rupanya
gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat
dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan
ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak
istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan
adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku,
tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di
rumah.


Rupanya kesendirian kami
berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi
ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang
bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai.
Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk,
aduhh…, rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan
yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang di
depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku
entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya
yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada
rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara
itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.


Menjelang
dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil
merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit.
Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia
rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut
tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih
memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan
memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan
dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya.


Tetapi
tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga
membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya
dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang
rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku mulai
hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu
bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi
mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan
tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman
berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan
bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan
tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik
putingnya.


Gadis itu mulai merintih
nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan
terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari
bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila
sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi
ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah
siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. “Eehh… Mas..
gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass..” Posisi dia saat
itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku
sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku.


Tanpa
buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut
kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah
dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang
subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu
mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai
kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke
kancing-kancing blousenya.


Kembali
kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh
seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga
aku terperanjat, “Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat
kerja wahh, aku terlambat”, kataku. Kami saling tertegun pandang dan
saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku
berkata, “Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta
ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?”.

“He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?”.

“Kenapa Nan…” tanyaku.

“Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat”.

Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan
“terpaksa” aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah
dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya,
sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas
pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam.


Kebetulan
kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati.
Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku
bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap
harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku
membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku
masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju
adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud
akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.


Aku
buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana
dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang
mendekapku dan ohh, menakjubkan…, rupanya sedari tadi dia aku
tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di
kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan
saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya
mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan
merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut
berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan
Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku.
Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan
puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke
pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap
memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling
mengulum. Lama kami pada posisi berdiri “Eeehh… mmaas eehh eegh enaak
sayang ngg…, teruss, teruss… gelii… egghh eenaak” erangnya yang setiap
saat keluar dari mulutnya.


Kegairahan
pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan
tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di
lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang
seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting
yang memuncak di pagi itu.


Dengan
leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu
hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk
mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok
dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu
untuk pertama kalinya. “Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass
gelii, geelii,… eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku
peengin di jilatin terus pentilku..”. Dengan penuh gairah pertama aku
puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan
demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan
daging di selangkangannya.


Aku
kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan
di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan
penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku
mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba
selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik
“A’aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya”.


Maka
sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah
dadanya sambil memilin-milin putingnya “Mass… he’eh begitu kemotin
pentilku teruss.., susuku diremass-re’eemas… e’eenak eeh… ehghhm… yangg
geli…”. Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina,
“eeh,,eehh… eehh… eehh… eeheh… eh”. Demikian lenguhannya setiap aku
gesek selangkangannya. “Mas… tarik CD-ku dan lepaskan celanamu…”, sampai
pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu
sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang
masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat
kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya,
sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata
serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan
apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit
keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat
menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari
lubang kenikmatan itu.


“Nin.. kenapa
sih” tanyaku nakal, “Apanya… Mas” sahutnya sambil senyum, “Kalau
dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi”. “Aduh rasanya geli
banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli”. “Enggak sakit
dikemot dipentilnya tadi” tanyaku, “Enak.. Mas, rasanya pingin terus,
kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot
bareng-bareng sama mulut Mas. Terus di liang kewanitaanku jadi
ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach
bergidik. hhmm” akunya. “Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku
penasaran. “Iiih… Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong”, sambil tangannya
merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang
menonjol dan juga meremas. “Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau
kupegang-pegang gini?, geli nggak?” keingin-tahuannya besar juga. “Sama
nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh…
eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli
rasanya.


“Kalau ininya
dipegang-pegang gini gimana Mas?” sambil dia pegang dan raba-raba buah
pelirku.” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang
tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit,
habis Mas kelihatannya cuek saja”, sambil dia senyum nakal menggoda.
Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. “Mas.. selama
seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?”
tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku
memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, “Kita kelonan terus
saja seminggu ini siang ataupun malam”.


Kebetulan
kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda
“Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan
gimana dong”. “Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar
kenyang”. Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku
sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata
“Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”.
Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya
dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya “Mas..
kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh… M eghhmm…
aduuh… nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh… eghh”. Dan
aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku
aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat
gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. “Eeehh.. eennak…
aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh… ehhehh” saat jariku kembali menelusup
kedalam lubang clitorisnya.


Lenguhan
mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat
tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke
lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga
sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah
selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia
sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat
lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik
“aahhuughh huu… hu… egghh aduh… eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass
aahh aku nggak kuat, Mass… Mas.. eghh.. egh hhgeehh… Mas.” sambil dia
aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti
kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia
tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak “hehehggheh ahh…
ehhehh… huhh… mass… aku.. akuu rasanya… eghh” dan dia bangkit sambil
menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak
“Mas masukkan Mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil telentang
dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku
memasuki clitorisnya. “Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam… kocok terus
selangkanganku aduhh eghh Mas enakk”.


Sambil
menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat
tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi
sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada
batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. “Eehhgehhg… teruss. teruss
Mas… maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang
keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass…” “ahhgg-agh… Nani aku aduh
egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm… nikmat… terus sedot”
“Mass nikmat… sekali nikmat… dalam sekali. Aahh aduh… hhaghhah Mass..,
aku mau keluarrr”. “Aku juga Nan… ahhgh aku sudah mau keluar..
ahgghhah”. Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot
sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku
dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan
menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku
sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan
lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya “Cppokklep.. plekk.. clepk..
clkek.. cslckek” bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara
aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia
menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih.


Sesaat
kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak
terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa
agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan
masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air
yang sebelumnya kami. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati
hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.

cerita hot-Ditidurin Teman Papa



abg belahan dada montok 11l.jpg






Cerita Seks - ni adalah
pengalamanku waktu aku masih duduk di bangku SMU. Aku termasuk salah
satu bunga sekolah di sekolahku n berprestasi di bidang seni. Rumahku
sering didatangin tamu-tamu papaku, baik partner bisnis, karyawan atau
temen.


Temen papa yg bernama Om
Wawan sering datang ke rumah aku di sore hari, hanya sekedar ngobrol dan
minum teh ama papa di kebun belakang rumahku. Konon, Om Wawan mempunyai
sixth sense, bisa melihat dan melamar nasib, dan bisa melihat dan
berkomunikasi dengan makhluk2 halus.Kadang-kadang
dia bawa anaknya atau istrinya juga, dan aku suka ikut nimbrung dgn
mereka, topik apa aja mereka juga bahas. Om Wawan yg berkacamata tebal
sudah lumayan tua, sekitar umur 65 thn, dan badannya agak gemuk dgn
perut yg buncit dan napas yg bau. Tipe-tipe badan orang tua yang tidak
fit lagi. Keriput di muka dan tangannya sudah terlihat jelas.


Om
Wawan suka ngelirik aku, curi-curi pandang mukaku lalu badanku. Aku
risih sekali apalagi yg ngelirik adalah temen papaku sendiri yg sudah
tua. Aku hanya suka membalas Om Wawan dgn senyuman, dan berkata ,”Om,
jgn lihatin Nini sampe gt dong, kan malu.” Om Wawan suka tersenyum
mesum, “Habis Nini manis dan cakep sih, cowok yg mana gak suka liatin
Nini.” Dan aku jadi tersipu malu.


Suatu
Sabtu sore hari, seperti biasanya, Om Wawan datang ke rumah aku utk
ngobrol ama papa, tp wkt itu papa dan mama sedang keluar, jadi aku yg
ngobrol ama Om Wawan. Tiba-tiba Om Wawan tanya aku, “Nini gak perawan
lagi ya?” Trus aku kaget dan diam aja, lalu Om Wawan bilang ,”Gak apa
apa kok, jujur aja, Om janji gak kasih tau papa mama deh.” Aku diem aja
dan merasa takut kalau Om Wawan bisa membaca pikiran aku. “Om sudah tau
kok dari dulu, makhluk halus yg Om pelihara kasih tau ke Om, katanya
kamu sudah gak perawan. Sudah banyak yg tidurin kamu. Dan ada penyakit
di badan kamu.”


Aku jadi kaget
ketakutan krn dikasih tau ada penyakit di dlm badanku, “Penyakit apa Om?
Parah gak? Bisa disembuhin gak?”, tanyaku bertubi-tubi. “Yah, mayan
parah lah” Aku hanya diem membisu karena sudah ketakutan. “Tp Nini gak
usah takut, Om bisa sembuhin kok.” Aku agak lega ,”Oh ya? Gimana?” “Nini
harus ikut instruksi Om tanpa bantah, bisa gak?” “Ok, Nini akan ikut
semua instruksi dari Om.” “Nah, sekarang ambil segelas air putih buat
Om.” Perasaanku bercampur antara takut dan nervous, pergi ke dapur utk
ambil segelas air.


“Nih airnya Om”
“Ok, Nini minum airnya dikit.” Aku merasa aneh tapi hanya turut aja
disuruh minum lalu Om Wawan minum air yg baru aku minum. “Ini Om lagi
mencoba membersihkan penyakit di dalam tubuh kamu. Sekarang julurkan
lidah kamu. Om mau liat.” Aku menjulurkan lidahku, lalu Om Wawan
menyedot dgn kuat lidahku. Ada sensasi aneh di dlm tubuhku. Lalu Om
Wawan memasukkan tangannya di dlm celana dalamku, aku kaget! “Jangan
takut, Nini. Om mau tau separah apa penyakit yg dijangkitin Nini. Ada
makhluk halus di dalam tubuh Nini yg suka mengganggu kesehatan Nini.”
Aku ketakutan dikasih tau ada makhluk halus di dalam tubuhku, jadi aku
diem saja Om Wawan menyentuh vaginaku. Aku merasa enak Om Wawan
menyentuh vaginaku, dan aku merasa vaginaku dah basah, Om Wawan
mengeluarin tangannya dan menjilat jarinya yg basah, “Nini dah basah
ya?” Trus aku diem saja, lalu Om Wawan menaikin kausku, dan mengeluarkan
pentilku dari BH, lalu dia mengemut pentilku dgn kuat, aku merasa enak
dan tanpa sadar aku sudah mendesah keenakan. “Ke kamar Nini yuk, biar Om
lebih leluasa mengobati Nini.” Aku nurut saja ama kata2 Om Wawan.


Begitu
di kamarku, Om Wawan melepaskan celananya ,”Nini, kulumin kontol Om!”
Aku enggan mengulumin kontolnya karena keliatan bau n kotor kontolnya.
“Katanya mau diobatin penyakitnya? Kulum kontol Om buat ngusir makhluk
halus di dlm tubuh Nini.” Aku jadi nurut karena aku mau diobatin. Aku
mengulum kontol Om yg lagi lemas ketiduran, aku mengemut kontol Om sampe
mengeras dan Om Wawan mendesah keenakan ,”lbh cepat kulumnya… ashh
ahhh… ngemut2 kontol Om lbh keras dan lebih cepat.” Aku ikut
instruksinya dan menahan napas dr bau kontol Om. Om mendesah keenakan
terus, lalu Om Wawan menyuruh aku telanjang, karena ini adalah upacara
utk mengusir makhluk halus. Om merebahkan aku di atas ranjang lalu dia
menciumin aku, dia melumat bibirku dengan ganas, menciumin seluruh
mukaku, melumat pentil aku kuat lalu menjilati vaginaku ,”aashhhh… enak
Om…. ah ahh ashh hmm… Om, aku ga tahan lagi Om, ahhhh ashhhhhhhhhh….
masukin kontol Om dong….” Tapi Om Wawan sengaja ga mo masukin kontolnya,
dia masih bermain2 dgn vaginaku dgn lidah dan jarinya… sampe aku
memohon mohon, “Om, cepet dong… masukin kontol Om ke dalam memekku, aku
dah ga tahan lagi… ahh ahhhh… tolong Om… cepet masukin”


Lalu
Om Wawan memasukin kontolnya di dalam vaginaku, “Oh… asiknya Om… ah
ahahhh ashhhh” Om Wawan mengenjot pelan pelan, “Om, ahh ahh…. cepet dong
ngenjotnya… ahhh ashhh ahhhhahhhh… lbh kuat dong…” “Wah, Nini binal
sekali… Om baru tau…” Lalu dia mengenjot lbh cepat n kuat sambil melumat
bibirku dan memeras tetekku kuat kuat. “Om lbh kuat meremas tetekku
ahhhh ahhh”


Kita ganti posisi ke
doggy style dan aku on top…. Om Wawan sangat lihai dlm permainan ini…
dia membuat aku lupa diri dan merasa high sekali… kita berdua meraung
raung keenakan di dlm kamar… ahhh aaaaaaaaaahhhhhsssssahhhhhhhhhihhhhhhh
assshhhhh uhhhhhhhhahhhhha…..


“Nini,
Om sudah mau keluar…. Om crut di dlm memek Nini yah” “Iya, Om… boleh
ahh ahhhh cepet, ahhh Nini juga udah mau keluar ahh ahhhh” Om Wawan
mengenjot lebih cepet dan kuat, ahhh ahhhh tiba2 tubuhnya megenjang,
tandanya dia sudah keluarin spermanya di dalam vaginaku… lalu Om Wawan
mengeluarin kontolnya dan meletakan di dalam mulutku, aku mengulum
kontolnya dgn asik dan Om Wawan mengerang dgn asik dan bergetar-getar
keenakan. Lalu kita berbaring sejenak sambil berciuman.


“Besok-besok Om mau ngentotin Nini lagi utk bersihin tubuh Nini dari makhluk halus.

cerita hot- Kesalahan Yang Indah Namun Memilukan



abg belahan dada montok 14l.jpg






Cerita Seks ABG - Sebelumnya
aku memohon maaf karena didalam cerita ini nama dan kota adalah
samaran, karena sekarang aku adalah seorang enterteiner yang pasti anda
kenal. Aku adalah seorang Pria dan panggil saja aku Exel (ins). sewaktu
SMA aku sangat nakal dan gila akan adventure. dan Inilah ceritaku yang
nyata…


dikota itu aku sangat
terkenal karena aku memimpin sebuah kelompok pecinta misteri alam yang
diakui, sehingga tak sedikit orang yang memujaku.

aku memiliki seorang kekasih bernama Vivi (ins), tentunya sex bukanlah
hal tabu untuk kami berdua dan dia selalu ikut kemanapun aku pergi
termasuk ketoilet karena aku tinggal sendiri dirumah orang tuaku
sedangkan dia adalah seorang wanita mandiri yang saat itu telah berusia
23tahun dan memiliki karir yg bagus.


Vivi
juga seorang gadis pemanjat tebing yang hebat, sehingga pada akhirnya
dia menjadi pacarku. dia memiliki tubuh yang sangat indah dan terlihat
sangat feminim, sebenarnya dia lebih pantas menjadi model atau artis.
Vivi memiliki seorang adik angkat bernama Lola (ins), Lola adalah
seorang anak broken home yg lugu, Vivi mengasuhnya sejak berumur 14tahun
sampai aku mengenalnya saat dia telah berumur 17 tahun.


hingga
pada suatu hari aq harus pergi kesalah satu hutan yang paling berbahaya
disebuah kota dikepulauan itu, Vivi tak dapat ikut bersamaku karena dia
harus keluar negri jadi dia menyuruh Lola untuk pergi denganku dan
teman2ku yang lain. sebelumnya Lola juga sering ikut bersama kami dan
dia termasuk gadis yang tangguh untuk medan adventure.


kamipun
pergi, Lola yang menganggapku seperti kakaknya juga tak merasa risih
ataupun takut sama sekali, padahal dia perempuan satu2nya saat itu
karena misi ini sedikit berbahaya aku tak mengajak anggota lain dan
hanya membawa 4 temanku yang benar2 hebat dalam adventure.


singkat cerita, terjadi sesuatu hal yang membuatku luka parah dan nyaris mati.


Lolalah
yang menjagaku didalam tenda berdua sedangkan temanku yang lain sedang
berpencar untuk mencari apa yang ingin kami temukan disitu.


sekitar
jam 23… aku terbangun dan aku merasa jauh lebih baik, aku melihat Lola
terbaring disampingku dengan switer ketat sambil kedinginan.


“anak
ini tampak lugu sekali”fikirku, awalnya tak ada niatku untuk melakukan
apa2, aku hanya merapat dan berusaha menghangatkannya sebagai tanda
terima kasihku. saat kulihat dia tidur pulas aku berfikir sangat kotor
“gila,ni anak belum pernah ciuman ataupun ML padahal tubuhnya sangat
bagus apalagi bibirnya” aku tak mampu menahan nafsuku yang menggebu
dikala malam yang dingin ini, aku perlahan mendekati wajahnya dan
melumat bibirnya dengan lembut. Ia terbangun dan membuatku sangat
terkejut, “kakak?” tegurnya.


“maaf
La, kakak ga bermaksud gitu” jawabku gugup, tiba2 dia tersenyum dan
berkata “jujur selama ini, aku menunggu kakak yang menciumku untuk
pertama kalinya”. aku sangat terkejut, anak selugu dia bisa berfikir
untuk merebut pacar orang yang paling melindunginya. namun aku makin tak
perduli dan aku langsung menciumnya lagi. cukup lama aku melumat
bibirnya dan berusaha memainkan lidahnya, dia tampak gugup dan sangat
pasif hal ini membuat aku kesal karena aku terpaksa untuk mengajarinya.


aku
melumat bibirnya tanpa lepas dan aku mulai meraba payu daranya yang
tidak begitu besar, awalnya ia mencoba menahan tanganku namun akhirnya
ia pasrah. kini aku bekerja cukup keras, melumat bibir dan memainkan
dada seorang gadis amatir sangatlah melelahkan. akhirnyapun aku mencoba
melepas switernya dan dia menurut, namun bibirku berusaha untuk tetap
dekat dengan bibirnya karena aku takut dia tiba2 sadar dan menghentikan
permainan yang lebih lanjut tentunya hal ini bisa membuatku gila!


kini
ia hanya menggunakan kaos tipis tanpa bra didadanya,putingnya tampak
mengeras dan aku merabanya dari dalam baju sambil terus melumat
bibirnya.


kini aku menarik celana
panjangnya yang tebal, dia berhenti dan membuatku terkejut. “kakak yakin
akan melakukan ini?”tegurnya, “pertanyaan itu sebaiknya
untukmu”jawabku, karena aku tak ingin dilihat sebagai PK(penjahat
kelamin). “terserah kakak” jawabnya. aku tak melepas kesempatan ini, aku
langsung melucuti kaos dan celananya hingga ia hanya menggunakan
underware pink saja,aku lbih suka permainan yg seperti ini. pelan tapi
pasti!


kami berciuman hebat dan
tangannyapun mulai beraksi, “wow, anak ini cepat mengerti
rupanya”pikirku. tangannyapun mulai menghelus kontolku dari luar celana,
aku berhenti mengerjai bibirnya dan aku berlanjut pada putingnya yang
orisinil itu. dia mengerang kuat saat aku mengisap putingnya dan
tanganku yang satu meraba puting yang sebelah. aku menjilati sambil
sesekali menggigitnya lembut sehingga ia benar2 menikmati permainan
pertamanya ini.


tangannya terus
mengelus kontolku yang mulai mengeras, namun aku tak perduli aku harus
tetap fokus pada tubuhnya yang tak boleh aku sia2kan.


disaat
mulutku tetap berada pada putingnya tanganku yang satu mulai menjamah
lubang kenikmatannya yang telah becek, kini ia menggerang lebih kuat
saat aku mulai meraba meki indahnya dari dalam underwarenya. ia
menghentikan helusannya dikontolku, namun hal ini malah membuatku jadi
bersemangat untuk menyetubuhinya.


perlahan
aku menjilati putingnya dan turun hingga keperutnya, aku melihat
wajahnya yang sangat menikmati. “tunggu sebentar sayang,ini baru
permulaan”pikirku. aku turunkan underwarenya perlahan, dan langsung
menghisap mekinya yang telah basah. wajahku terasa anyir namun aku
menukmatinya, aku jilat terus sambil tangan kananku meraba susunya yang
sudah keras sejak tadi tampaknya ia tak sabar untuk merasakan permainan
yg sesungguhnya.


mulutku terus aktif
dengan mekinya dan aku mencoba membuka celanaku yg dari tadi seudah tak
terkancing,kini aku hanya menggunakan underware dan kaos. aku menghelus
pahanya yang mulus dan menjilatinya sebentar lalu kembali kemeki yang
basah, dia tampak tak kuat dan menarik kepalaku dan menciumi bibirku.
“kak jangan main2 lagi, masukin aja”katanya sambil melumat bibirku,
akupun melepas bajuku sehingga hanya underware yg tersisa. aku berdiri
dengan tenang untuk sesaat dan melihatinya dengan santai dari ujung kaki
hingga kepalanya, aku merasa tak percaya bahwa aku akan mengentot orang
yg paling disayangi oleh pacarku sendiri.


tapi
kemulusan tubuhnya membuatku menepis rasa bersalah itu, tampak jelas
sekali saat aku berdiri, kakinya yang indah tanpa cacat, mekinya yg
dihiasi dengan bulu2 tipis yg basah saat itu, susunya yang telah
mengacung, dan bibirnya yang merekah indah, dia tersenyum dan berkata
“tunggu apalagi sayang”.


aku tersenyum seperti setan, aku lepaskan celanda dalamku yang menutupi kontolku yang telah menanti sentuhan lembut tubuh Lola.


dia
tersipu malu melihatku dan aku perlahan duduk kembali,perlahan aku
melihat tubuhku yang terluka karena accident tadi sore membuatku sedikit
canggung untuk bermain hebat karena aku takut kalau jahitannya akan
terbuka lagi, Lola mencoba meyakinkanku bahwa lukaku akan baik2 saja.


dia menghelus lembut luka2ku yang dibaluti dengan perban dan menciuminya sedangkan tangannya mulai mengelus kontolku.


“ini
yang namanya penis ya kak?”tanyanya, “ini rudal meki La”jawabku tenang,
dia tertawa namun tetap bernafsu. dia semakin kencang memainkan
kontolku, dalam posisi duduk seperti ini aku merasa sangat tak nyaman
dengan kocokannya ditambah lagi luka2ku mulai terasa perih karena
keringat.


aku membaringkan tubuhnya
dan mengangkangkan kedua kakinya hingga terlihat jelas lubang meki yang
sempit nan menggairahkan itu. “jangan dilihat kak, aku malu”tegurnya,
aku langsung menjilati mekinya dan memainkan klitorisnya dengan lidahku.


dia
kembali mengerang keras dan kini ia tampak akan orgasme untuk pertama
kalinya, ” AH OHHH KAK, AH AKU MAU…”desahnya. aku semaikn gila dan kini
aku mulai menggunakan jariku untuk sedikit meregangkan lubangnya, dia
menggejolak hebat dan terus mendesah ga karuan… tiba2 BLESHH,,,BLESH dia
orgasme hebat dan mebasahi tanganku “AAAH OOOH, ENAK KAKAK SAYANG,,,
TERUSIN JANGAN BERHENTI”…


pada saat
seperti ini adalah saat yang bagus untukku mulai kepermainan yang
sebenarnya, aku menjilati putinganya dan mulai mengarahkan kontolku yang
gagah kearah lubang senggamanya yang becek, aku menggesekan kontolku
kepermukaan mekinya dan iapun semakin mendesah “masukin kak, robek
perawan aku”. kini perlahan aku masukan kepala kontolku yang cuku besar
kelubang mekinya, ia merintih sakit sambil nikmat, meskipun cukup sulit
aku tetap berusaha memasukan kontolku,mungkin ukuran kontolku dan lubang
senggamanya jauh berbeda sehingga membuat dia semakin kesakitan.


kinni
aku mencoba lebih keras dan memintanya untuk menahan rasa sakitnya,
BLESSSHHH… kontolku berhasil masuk walaupun hanya kepalanya tapi ini
membuat mekinya mengeluarkan darah cukup banyak namun hal ini tak
membuatku khawatir karena aku sering melakukan ini sebelumnya dengan
perawan2 lain. dia merintih kuat, namun aku langung melumat bibirnya
agar ia tak begitu merasakan sakitnya. perlahan aku maju mundurkan
posisi kontolku yang perlahan masuk kedalam mekinya.


desahan
dan rintihan sakitnyapun kini menjadi satu, setidaknya situasi lebih
terkendali. kini aku lebih bersemangat untuk fokus pada gerak kontolku
dan mekinya, meskipun ia merasa sakit ia tetap berusaha menikmati
permainan.


aku terus menggenjot mekinya yang telah becek oleh cairan ovum dan darah perawannya.


“AAAHM OH, TERUS KAK, ENAK, UH UH, MASUKIN LABIH DALEM KAK…”


tampak
ia sudah mulai tenang, aku semakin semangat untuk menggenjot pepeknya
lebih dalam. aku merasa kontolku dijepit dengan keras, mungkin karena
pepek ini baru sekali menerima kontol mengebornya tak bera[a lamapun ia
kembali orgasme namun aku tak perduli dan tetap menggenjotnya.


beberapa
menit berlangsung dengan gaya standart, lalu aku memintanya untuk
dogistyle. aku terpaksa harus sedikit mengarahkannya karena ia awam
dengan hal ini, posisi dogi ini sangat sempurna untuk benar2 menjebolkan
pertahanan memeknya sehingga kini aku tak tanggung2 untuk
menggenjotnya. dia merintih kesakitan n memintaku untuk lebih perlahan.
aku menurut namun tetap menggenjotnya dengan lebih tenang,”ahhhhh
ohhhhh, aku mau keluar lagi kak…”katanya,”sabar sayang, barengan
aja”tegasku. akupun mulai tak kuat menahan permainan ini, kugenjot lebih
cepat mekinya sehinga dia mendesah lebih kuat dan BBLESH BLESSH… dia
orgasme untuk ketiga kalinya dan aku semakin kencang menggenjotnya dan
akhirnya CROOOT…crooot…crooot… berkali kali aku menembakkan pejuku
diliang senggamanya, sengaja kutak mengeluarkan diluar karena ini akan
mengurangi kenikmatan permainan pertamanya.


aku
mendesah nikmat pada akhir permainan,akupun langsung memeluknya dan
menciumi tubuhnya… kubiarkan kontolku meredam dengan sendirinya didalam
memeknya yang basah. kami berpelukan erat sambil berciuman, lalu ia
berkata “aku takut hamil kak”, “tenang aja banyak solusi koq”jawabku
dengan tenang sambil mendorong majukan kontolku yang sudah melemah
didalam memeknya. dia tersenyum tenang, kulihat waktu sudah pukul 01…
tak terasa permainan begitu melelahkan, aku mencabut konttolku perlahan
dan berbaring disisinya. Ia mempertanyakan tentang Vivi padaku namun aku
hanya diam, diapun akhirnya diam sambil mengelus kontolku yang becek
karena pejunya.


lukaku kini terasa
semakin perih, namun helusan tangannya yang lembut membuat kontolku
kembali tegang. kamipun melakukannya sekali lagi dengan gaya yang baru.
pukul 2 lewat aku kembali berpakaian sedangkan dia tampak tidur pulas
tanpa busana dan hanya kututupi dengan selimut tebal.


aku
keluar dari tenda dan aku sangat terkejut ternyata dua temanku sudah
duduk sekitar 7 meter dari tendaku, mereka diam sambil merokok. mata
mereka menunjukan kekecewaan besar padaku.


aku mendekati mereka dan membakar sebuah rokok, kami hanya bertatapan tanpa berbicara sepatah katapun.


aku
menyadari bahwa mereka kecewa bukan karena aku ngentot dihutan ini
karena aku memang sering melakukannya pada Vivi dan cewe sebelum Vivi
itu sebabnya aku dianggap paling gila, tapi mereka kecewa karena aku dan
Lola telah menghianati Vivi. mereka sangat mengagungkan Lola, dan
bangga Lola ada dalam timku karena kejadian ini mungkin semua akan
berubah.


3hari kemudian kami
kembali, meskipun telah menemukan apa yang kami cari tapi kami merasa
kalah karena salah 1 temanku meninggal dihutan itu.


aku
dihantui rasa bersalah yang tiada tara, aku rasa kesalahan yang aku
buat itulah yang membuat aku harus kehilangan salah satu temanku yang
terhebat.


Timku mulai kacau, meskipun Vivi tak tahu apa yang terjadi antara aku dan Lola dan teman2kupun bungkam.


gilanya
aku tetap melakukan hubungan itu dengan Lola, beberapa kali kami check
in dan ngentot karena terlalu beresiko untuk melakukannya dirumahku.


teman2ku pada akhirnya memaafkanku dengan syarat aku menghentikan perbuatan gilaku kepada Lola dan Vivi.


akupun
menjauhi Lola dengan perlahan namun hal ini malah membuat Lola
menceritakan kejadian sebenarnya pada Vivi sepulang Vivi dari rumahku
yang baru saja selaesai ngentot denganku.


Vivi
yang amat terpukul akan cerita itu membuatnya bingung siapa yg harus
disalahkan, orang yg sangat dia sayangi atau pria yg paling ia cintai.


kegoisanku
mengambil keputusan untuk pergi dari kota itu dan meninggalkan mereka,
aku menyerahkan kepemimpinanku pada temanku yang paling aku percaya.


aku
pergi meninggalkan mereka hingga hari ini, terakhir aku dengar Vivi
membuka usaha tekstil yang maju pesat dan belum menikah sedangkan Lola
pergi meninggalkan kota itu juga dan terkahir aku dengar Lola telah
meninggal karena kecelakaan.


Kesalahan
ini membuatku tak bisa memejamkan mataku dengan tenang disetiap
malam2ku. aku berharap dimanapun mereka berada, aku selalu memohon maaf
atas semua dosaku.


akan ada satu ceritaku lagi dilain kesempatan yang akan kubeberkan pada kalian,


tujuanku hanya 1 jangan lakukan kesalahan yang tak kau mengerti karena kau hanya akan menyesali kesalahan itu.



cerita hot- Demi Hidup Aku Rela Jadi Pemuas Nafsu








































abg belahan dada montok 12l.jpg






Cerita Seks ABG - Rahma
(nama samaran) gadis yang malang penuh dengan siksaan dan paksaan orang
tua, yang akhirnya terjun kedunia hitam jadi bulan-bulanan nafsu sex
para lelaki hidung belang. Rahmah tidak tahu kemana lagi mengadukan
nasipnya, hanya di benaknya bagaimana bisa makan dan tidur. Ramah
coba-coba ingin merubah nasip menjual diri di café-café dengan. Hal ini
Ramah menceritakan kisahnya pada penulis.

Di suatu malam yang sangat dingin, hujan grimis mengguyur tubuh penulis
yang saat itu melintas di ruas Jalan Marelan tiba-tiba tidak di sengaja
terlihat seorang gadis yang menggunakan gaun tembus pandang. Tubuhnya
yang mungil dan cantik di terpa angin yang kencang. Sekali-sekali
dirinya menggigil menahan dinginnya cuaca malam itu. Penulis yang masih
terus penasaran melihat tindakan gadis tersebut. Terlintas juga dalam
benak penulis “gadis cantik seperti itu lagi ngapain di muka cafe ?
sementara di dalam café pengunjung sepi ” inilah yang terlintas dalam
benak penulis.


Akhirnya penulis
mencoba memberanikan diri menyapa gadis yang memakai baju warna putih
tembus pandang. “Hai… lagi ngapain mbak ? dia mejawab dengan ramah ”
ngga ada, cuman nongkorong doang.” Selanjutnya penulis mengenalkan diri
pada gadis cantik tersebut mengaku namanya “Ramah”. Kurang lebih
limabelas menit dimuka café, penulis mengajak gadis itu kedalam café.
Sesampainya dalam café penulis menanyakan “Ramah minum apa ? ”
dijawabnya terserah apa aja bang. Pelayan café juga tiba di muka kami,
yang tidak kalah sexsi dan cantiknya dari Ramah memakai rok mini di atas
lutut. Pelayan café sangat ramah juga genit, sekali-sekali tangannya
suka menggoda dan merabah-rabah paha pengunjung.


Hujan
grimis masih membasahi jalan raya, cuacapun semakin dingin, pengunjung
café sudah kosong, tinggal kami berdua dan dua orang pelayan café, saat
itu jam 1.30 Wibb. Ramah yang dari tadi hanya tertunduk sepertinya butuh
perhatian, sekali-sekali Ramah menebarkan senyum yang menggoda.


Panjang
lebar cerita hujanpun tidak kunjung berhenti, minuman Jus sudah habis,
pemilik café menyhiapkan barang-barangnya untuk tutup. Ramah mulai buka
cerita dengan sifat yang agak malu-malu, sambil mengatakan “bang cafenya
sudah maututup kita cek in yo? ” mendengar ajakan Ramah penulis terdiam
sejenak. Ramah sepertinya tidak habis pikir, kenapa saya tidak mau
menjawabnya. Ramah bertanya lagi ” bang ayo donk…! aku mau cerita lebih
jauh lagi ama abang. Akhirnya aku kabulkan ajakan Ramah karena penuh
dengan harapan akan mendapat cerita dari Ramah.


Akhirnya
kami bergegas mau pergi, pemilik café langsung menegur “abang mau
pulang ? aku jawab ia tante. Nanti sakit, inikan masih hujan…! Aku jawab
“kayaknya hujannya ini lama tante”. Kami pulang tante ? di jawabnya
ia…! Hati-hati di jalan licin bang. Aku jawab lagi ia tante.


Kami
langsung menuju ke arah Simalingkar salah satu café and bar dekat Hotel
Royal Sumatera. Sewaktu dalam perjalanan Ramah memeluk aku sangat
kencang sepertinya takut kehilangan. Dalam perjalan itu aku bertanya
“Ramah kamu cantik, kok maunya kerjaan seperti ini ? ” Jawab Ramah “bang
kalau masih ada kerjaan yang lebih hina dari sini akan kurjakan
walaupun itu pahit. Maksud Ramah gimana ? Ramah juga tidak mau kerja ini
tapi orang tua Ramah sendiri menghancurkan masa depan Ramah.


Ramah
tidak diterima dilingkungan keluarga lagi bang. Kalau kuceritakan
kehidupan aku mungkin satu malam ini belum selesai. Tapi itupun kalau
abang mendesakku nanti ada waktunya bang, Ramah akan ceritakan semuanya
buat abang. Kamipun sampai dalam tujuan, aku kaget Ramah rupanya sudah
dikenal dicafé tersebut. Sesampainya dicafe Ramah langsung didekati
seorang laki-laki separuh baya yang notabenya om-om. Yang pasti aku
tidak tahu persis apa cerita orang itu, hanya melihat Ramah dipeluk
silaki-laki tadi dengan erat sambil mencium bibir Ramah di tengah-tengah
lampu yang samar-samar.


Lanjut
cerita gadis malang itu mulai bergegas mau pergi bersama silaki-laki
yang kehausan nafsu dengan kondisi setengah mabuk. Sebelum pergi Ramah
mendekatiku sambil mengatakan “bang Ramah mau pergi, pokonya besok aku
hubungi abang, ok bang ?” aku mengiyakannya. Ramah langsung pergi
menaiki mobil laki-laki itu untuk meninggalkan café. Akupun tidak
tinggal diam untuk melacak mangsa tulisanku luput sampai disitu.
Kupanggil pelayan café untuk membayar minuman. Tapi lain jawaban pelayan
“bang minumannya sudah dibayar om tadi”. sebelum pergi meninggalkan
café kuberikan tip sama pelayan café yang menemaniku untuk pamitan
pulang.


Sampai dimukan café
kuperhatikan mobil laki-laki itu kemana arahnya. Kuikuti dari belakang
sampai mobil itu belok kesalah satu tempat penginapan yang berkelas di
Simalingkar. Ya…kutinggalkan setelah dapat kepastian mereka menginap di
hotel tersebut.


Sesampainya di
simpang kampus Universitas Sumatera Utara (USU) aku berhenti di satu
café kecil minum (TST) Teh Susu Terlor. Selama satu jam aku di café itu,
tiba-tiba ponselku bunyi dengan nada panggilan. Kuangkat poselku
kulihat nomornya sepertinya tidak aku kenal. Aku sempat kaget tengah
malam kegini siapa lagi yang menghubungiku terlintas dalam benak aku.
Ponsel berbunyi terus kubiarkan sampai tiga kali panggilan baru
kuangkat.


Sangat kaget mendengar
sautan dalam posel itu terdengar suara perempuan baru kukenal. Menjawab
pertanyanku dengan manja sambil mengajak aku untuk menginap. Mendengar
ajakan ini aku tidak percaya bahwa Ramah mau menginap bersamaku,
sementara dianya masih bersama laki-laki barusan 2 jam kutinganggalkan.


Ramah
mengatakan kalau laki-laki tadi tidak bisa menginap sampai pagi, karena
takut ketahuan sama istri dan anaknya. Aku tanya ini no HP siapa ?
Ramah jawab om tadi kupinjam. Kutanya lagi berarti dia masih ada di
ruang kamar ? Ramah menjawab ia, tapi dia udah mau pulang bang, abang
datang ya ? aku tunggu Ramah tidak ada kawan, cepat donk bang. Desakan
ini aku tidak mudah terpengaruh, karena takut ada kejadian yang tidak di
inginkan nanti.


Kurang lebih 30
menit hari hampir pagi jam 4.23 Wibb aku menghubungi Ramah melalui
ponselnya. Ramah mengangkat dengan nada kesal “abang dimana kok ngga
datang ?. cepat donk aku tidak ada kawan nih…!. Akhirinya aku beranikan
diri balik lagi kehotel tersebut. Kuperhatikan mobil silaki-laki
setengah baya yang tadi kutinggalkan di tempat parkir, memang tidak ada.
Aku tanya langsung pejaga hotel, menjawabnya sudah pulang bang, abang
itu tiap menginap di hotel ini sampai jam 3.00 Wib saja bang.


Abang
mau ngapain ? kujawab dengan nada yang ramah dan sopan “aku barusan di
hubungi cewek kawan bapak tadi. belum habis aku ngomong langsung penjaga
itu potong Ramah bang ? katanya, ia bang. Ada di kamar 19, masuk aja
bang, ngga apa-apa itu disini bisa kita jaga kemanan. Ok bang
terimakasih yang bang, aku balik jawab. Langsung menuju kekamar no 19
kuketuk pintu kamar langsung di buka gadis seorang diri dengan
mengenakan gaun tidur tembus pandang. Sepertinya Ramah tidak memakai BH
als pembalut buah dada, hanya segi tiga transparan yang nampak. Mulai
dari ujung rambut kuperhatikan sampai ujung kuku serta seisi dalam kamar
itu sebulum masuk. Diperselakan masuk sambil menarik tanganku kedalam,
“kok takut-takut masuk donk bang, ngga apa-apa kok”. Tanggan Ramah yang
nakal hampir membuat aku jadi tidak terkontrol.


Ramah
memang cantik, putih dan seksi tidak di temui satupun bekas luka
ditubunya. Tangannya yang mulus, lembutnya belain penuh dengan rasa
sayang. aku tertunduk sejenak di pinggir tempat tidur sambil mengisap
rokok Sampoerna, sementara Ramah tidur dipagkuan aku sambil memeluk
pinggangku. Rokok sudah habis aku ambilkan tas kecilku yang di dalamnya
ada alat perekam suara, langsung kuhidupkan. Ramah memang nakal, mau
tahu aja apa isi dalam tas aku. Dia mengambilnya dan mengeluarkan tipe
rekamannya, memutar balik isi kaset. Baru Ramah tahu mulai dari perteman
tadi dianya ngomong aku rekam. Saat itu juga gadis yang seksi, manja
mencubitku dengan kesal. “abang kok tega kali merekam suara Ramah, untuk
apa bang ?, abang wartawan ya ? jahat abang, aku ngga mau lagi cerita
ama abang. Rupanya abang wartawan pantasan abang mulai dari tadi
ngebutkali mendengar kisah Ramah kenapa terjuan kedunia malam”.


Ramah
yang dari tadi nakal, kontan langsung terdiam dan membelakangi aku.
Sementara radio rekamannya dia pegang, aku minta dia ngga kasih. Bahkan
dia mengatakan “abang puas ya menanyai Ramah hanya untuk kesenangan
abang, malunya untuk ramah, berarti abang ikut donk menghancurkan Ramah
dan mempermalukan ramah di muka umum”.


Aku
berusaha meyakininya dengan rasa sayang, kukecup pipinya yang
menandakan aku bukan untuk mempermalukannya. Tapi aku ingin mengangkat
kisahnya untuk membantu sakit hati Ramah yang selama ini dipendam
seperti bara yang sangat merah dan panas. Ramah kupeluk, kusayang,
akhirnya Ramah mengalah memberikan rekamannya.


Ramah
yang marah akhirnya bisaku redahkan kemarahannya. Sampai setengah jam
Ramah tidak mau cakap, Ramah diam dengan posisi tengkurap di atas tempat
tidur yang empuk tanpa menghiraukan aku. Aku termenung sejenak
memikirkan cara apa lagi kubuat untuk mengajak Ramah ceritakan kisahnya.
Dengan ide yang cemermalang terlintas di benakku untuk merayu dengan
posisi yang sama. Akhirnya pertahaan Ramah kandas juga, Ramah
membalikkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap aku. Dia senyum
sambil memelukku sambil bertanya. Apasih gunanya abang muat di koran
kisah Ramah ? abang jahat kali ya ? apa memang wartawan seperti itu ?
sukanya memberitakan kesusahan orang lain. Aku jawab dengan nada yang
ramah serta menebar senyuman yang memikat hati Ramah agar ianya dapat
yakin dan percaya.


Ramah yang manja
dan seksi akhirnya luluh tersenyum dengan iklas meceritakan kisah
hidupnya sampai terjun ke dunia hitam untuk memuaskan nafsu lelaki
hidung belang.


Ramah bercerita
pajang lebar tentang kisah hidupnya pada penulis pada pukul 4.30 Wib
sampai pukul 7.30 pagi. Berawal dari ceritanya gadis cantik ini sangat
lugu takut dengan laki-laki, bahkan banyak sekali kawan-kawan Ramah yang
mengejeknya kampungan. Tapi itu semua tidak pernah dia masukkan dalam
hati hanya dianggapnya sebatas kuping saja. Waktu itu Ramah masih duduk
di bangku SMA Swasta kelas dua di Medan. Dengan keluguan Ramah banyak
sekali para lelaki satu lokalnya menaruh hati sama aku. lain orang lain
tingkah lakunya beratus teori yang di buat cowok-cowok keren yang
mendekatinya, yang namanya cinta belum juga ada di benaknya. Suatu waktu
yang tidak di sangka Ramah ketemu dengan seorang pemuda yang baik hati
ianya Roni (nama samarannya) berhasil memikat hati Ramah.


Penuh
dengan rayuan dan kemesrahan yang berjalan cukup lumayan sampai
kejenjang penikahan. Awal dari kesukaan Ramah pada Roni penuh dengan
kejujuran dan kebaikannya di mata Ramah membuatnya tergila-gila dengan
Roni. Saat yang di nanti-nantikan Roni mulai berani bercanda mengajak
Ramah jalan-jalan ke salahsatu tepat perbelanjaan. Ajak ini tidak
disangkah Roni kalau ramah langsung menyetujuinya. Perjalananpun
dilanjutkan kesebuah plaza dengan mesra Roni memberanikan dirimemegang
jari tangan Ramah yang lembut dan halus.


Sentuhan
itu membuat hati Ramah berdebar-debar seperti baru terkena strum
listrik. Padahal menurutnya banyak cowok yang jahil menyentuh tangannya,
satupun belum pernah ia rasakan detak jantung seperti ini. Ramah
membalas sentuhan tangan Roni sampai pada gemgaman yang gemas sama-sama
dilakukan. Roni menarik tangan Ramah sambil mengecup kulit tangan Ramah
yang halus penuh dengan arti dan kasih sayang yang tidak bisa
dituturkan.


Sesampai plaza Ramah
mengajak Roni keliling-keling di dalam plaza. Aku mulai sudah lelah Roni
juga kelelahan. Aku kasihan melihat Roni aku ajak dia pulang kerumahku,
sesampainya kami dirumah ternyata kedua orang tuaku bekum juga pulang
kerja, yang ada adik aku barung pulang sekolah. Kami melanjutkan
ngobrolnya di ruang tamu sambil nonton TV Flim Sinetron yang di bintangi
Rano Karno sema menjalin cinta remaja di bangku sekolah. Waktu sudah
menunjukkan pukul 16.00 Wibb Roni dengan sopan berpamitan sama aku.
Dengan kesopanan Roni juga membuat aku terus bertambah sayang dan cinta
sama dia.


Tanpa kami sadari Tiga
bulan sudah berjalan hubungan aku dengan Roni. Hubungan baik itu melalui
telepon atau ketemu disekolah terus berlanjut. Roni sudah mengenalkan
aku pada orang tuanya, dan aku sudah mengenalkan Roni pada kedua orang
tuaku. Semula kedua orang tuaku tidak pernah mempersoalkan hubunganku
dengan Roni sampai kami naik kelas tiga. Sewaktu hari libur kawan-kawan
aku mengajak rekreasi dipantai kasan.


Roni
menyetujuinya, aku senang karena Roni mau ikut bersama-sama. Kami
berangkat tiga pasangan yang semuanya pacaran, ongkos kami kumpul-kumpul
bersama. Tiba waktunya aku pun menunggu angkot berjanji jumpa di sipang
Amplas. Pukul 9.30 wibb sudah kumpul semuanya, langsung menaiki mobil
bersama-sama kepemandian. Sesampainya di sana masing-masing pasangan
berpencar menyewa gubuk yang ada dipinggir pantai. Roni masih malu-malu
untuk menyewa gubuk buat kami berdua yang di luar. Dia menatapku dengan
penuh kasih sayang aku mengkedipkan mata agar Roni berani menyewakan
gubuk buat kami. Akhirnya Roni mengajak aku menyewa gubuk pas dipinggir
pantai. Cuaca mulai mendung kami ganti baju untuk sama-sama berenang.
Satu jam penuh berenang perut mulai mulas dan terasa nyeri menahankan
lapar. Setenga jam kemudian kami dengan bersama-sama berhenti mandi
untuk makan di tepi pantai Kasan.


Mandi
sudah, makanpun sudah tinggal istrihat dulu baru nunggu sore baru mandi
lagi siap mandi baru pulang. Kebetulan siap makan hujan grimis pun
tiba, kami sangat khawatir kalau pantai ini akan meluap nantinya. Tapi
kekawatiran ini hilang begitu saja sesaat aku berdua dengan Roni di
dalam gubuk. Hujan makin lebat, Roni menutup pintu gubuk, suasana makin
dingin Roni menatapku dengan lembut. Saat aku menggeser posisi dudukku
Roni menarik tanganku, sambil merangkul bahuku. Aku terkejut dengan
napas yang agak kencang, jantungku berdebar-debar ada rasa benci dan
suka. Roni tidak menghintakan jemarinya di bahuku, tangannya mulai
menjulur ke pinggangku meletakkan tangannya di atas pahaku yang di balut
dengan celana renangku yang basah kuyup.


Roni
mencium leherku dan kupingku, aku meronta dengan kecil sambil
mengatakan jangan bang, nanti kalau kita sudah kawinkan abang bisa
melakukannya. Roni tidak mendengar keluhanku bahkan ia merayuku dengan
kata-kata dan gombalan sambil mengatakan “aku mau bertanggung jawab
untuk mengawinimu, aku sumpah demi tuhan” kebetulan Roni beragama Islam
aku keristen. Kutanya roni lagi apa orang tua abang mau menerimaku ” dia
jawab aku sudah bilang sama orang tuaku mereka setujuh, terserah
pilihan aku ” akhirnya pertahananku kandaslah sudah. Aku pasra Roni
menciumi aku mulai dari ujung rambut sampai kakiku, dengan penuh rasa
sayang dan menikmati keindahan tubuhku.


Aku
tidak tahan perlakuan Roni, membuat aku macam cacing kepanasan sambil
membalas cubuan Roni. Melihat perlawanku Roni semakin semangat sambil
berusaha membuka baju dan celana renangku, dengan sekejap baju dan
celanaku sudah lepas dari tubuhku. Tubuhku yang putih mulus hanya di
balut segi tiga dan BH. Melihat kemontokan tubuhku Roni sempat
terpelongo sejenak melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya
secara langsung selain dengan menonton fliim biru.


Dengan
secepat kilat Roni melepaskan seluruh pakaiannya yang melekat di
tubuhnya. Aku terkejut dan malu melihat Roni telanjang bulat di
hadapanku, dadanya yang kekar ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku teringat
kata-kata kawan aku, kalau ada bulu tubuh di dada pria nafsunya tinggi,
mengingat ini akau gemetar. Tanpa di komandoi tangan Roni yang lincah
membuat aku kehilangan konstrasi. Aku gelagapan menyeimbangi jamahan dan
ciuman yang di lakukan Roni samaku.


Aku
hampir lemas dengan cumbuan Roni yang membuatku tidak sadar diri sumua
pembalut tubuhku telepas sudah seperti anak yang baru dilahirkan tanpa
sehelai benangpun yang menghalanginya. Roni mulai meningkatkan
serangannya maaf pembaca “dengan menjilat milikku yang paling berharga”.
Aku tidak tahu apa lagi yang dilakukan Roni yang jelas membuat aku
menggelinjang-gelinjang.


Roni
menindihku sambil membuat ancang-ancang diatas tubuhku sambil
mengarahkan basokanya sambil menciumi leherku dan telingaku. Saat tubuh
Roni peling bawah menekan milikku terasa nyeri dan sakit. Mendengar
jeritanku Roni merasa kasihan dan menghentikan aksinya sebentar. Sambil
mempermainkan buah kembar milikku, selang beberapa minit Roni mengulangi
aksinya sambil menekan dengan pelan-pelan, tapi sangat luar biasa
sakitnya. Aku baru kali itu di cium laki-laki, apalagi untuk di gitui.


Roni
mulai tidak sabar menikmati milikku, akhirnya dia menekannya dengan
keras, aku menjerit kesakitan. Roni berhasil membongkar pintu milikku
yang kian lama kujaga, Roni tidak bergerak dia membiarkan miliknya
didalam miliku. Sekali-sekali Roni mengangkat tubuhnya dengan lembut,
aku mulai merasakan nikmat bercampur sakit kurang lebih lima belas menit
Roni mengerang dan terkulai lemas di sampingku.


Aku
memaki diriku sambil menangis, kenapa aku segampang itu mengikuti
godaan setan yang menimpahku. Aku mau duduk terasa sakit di
selangkanganku, Roni kulihat dengan senyum sambil memeluk aku. dia
meyakinkan aku bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakanku sampai kapanpun
dia tetap bertanggungjawab katanya padaku. Dengan kata-kata bang Roni
membuat aku tidak ada apa-apanya dimuka dia aku tertunduk dan patuh pada
perintahnya

cerita hot-Darah Perawan Calon Sekretaris



abg belahan dada montok 08l.jpg






Cerita Dewasa - Aku sudah
berkeluarga, tapi aku punya WIL yang juga sangat kucintai. Aku sudah
menganggap ia sebagai istriku saja. Karena itu aku akan memanggilnya
dalam cerita ini sebagai istriku. Dari obrolan selama ini ia mengatakan
bahwa ia ingin melihatku 'bercinta' dengan wanita lain. Akhirnya tibalah
pengalaman kami ini.



Siang di hari Sabtu itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang
menerpa langsung ke arahku dan 'istriku' kalah dengan radiasi matahari
yang tembus melalui kaca-kaca jendela. Aku sedang melaju kencang di
jalan tol menuju arah Bogor untuk suatu keperluan bisnis. Seperti telah
direncanakan, kubelokkan mobil ke arah pom bensin di Sentul. setelah
tadi tak sempat aku mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang cukup
panjang terlihat ada gadis-gadis penjaja minuman berenergi. Sekilas
cukup mencolok karena seragamnya yang cukup kontras dengan warna
sekelilingnya.



Dari sederetan gadis-gadis itu tampak ada seorang yang paling cantik,
putih, cukup serasi dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu manis
untuk bekerja diterik matahari seperti ini walaupun menggunakan topi.
Tatkala tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini
bukanlah tempat yang pantas baginya untuk bekerja. Aku sempat khawatir
kalau ia tidak berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam berbagai
terkaan tentangnya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk,
tersenyum dan menawarkan produknya. Akhirnya dengan wajah memohon ia
berkata, "Buka dong kacanya.." Segera aku sadar dengan keadaan dan
refleks membuka kaca jendelaku. Istriku hanya memperhatikan, tidak ada
komentar.



Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan setiap kali bertemu calon
pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah
balik bertanya, "Kamu ngapain kerja di sini?"

"Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa tidak dia aja kita coba."

"Ya, boleh aja", jawab istriku.

"Gimana mau?" tanyaku kepada gadis itu.

"Mau.. mau Mas", katanya.



Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor telepon, kulanjutkan
perjalananku setelah mengisi bensin sampai penuh. Istriku akhirnya tahu
kalau maksudku yang utama hanyalah ingin 'berkenalan' dengannya. Ia
sangat setuju dan antusias.



Malam sekitar jam 20:00 HP istriku berdering, sesuai pembicaraan ia akan
datang menemui kami. Setelah diberi tahu alamat hotel kami, beberapa
saat kemudian ia muncul dengan penampilan yang cukup rapi. Ia cepat
sekali akrab dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah yang
sama yaitu **** (edited), Jawa Barat. Tidak sampai setengah jam kami
sudah merasa betul-betul sebagai suatu keluarga yang akrab. Ia sudah
berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Ia sempat
pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang
saja, dan telepon ke saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang.



Setelah cerita kesana-kemari akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah
seks. Setelah agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Kini
dia mulai menimpali walau agak malu-malu. Singkat cerita dia masih
perawan, sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu puas.
Keingintahuannya terhadap masalah seks termasuk agak tinggi, tapi
pacarnya itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan agak kampungan
walau berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam masalah seks kami
selalu terbuka, punya banyak koleksi photo pribadi, bahkan kali ini kami
ingin membuat photo ketika 'bercinta'.



"Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk ngobrolnya", ajak istriku.

"Nih kamu pakai kimono satunya", kata istriku sambil memberikan baju
inventaris hotel. Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap
akhirnya hanya menggunakan kaos dan celana dalam. Ia dan istriku sudah
merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istriku
langsung memeluknya dari atas. Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi,
leher, dan buah dadanya. Istriku mengerang menikmatinya. Aku
menghentikan cumbuanku sejenak kemudian meminta tamu istimewaku untuk
mengambil photo dengan kamera digital yang selalu kami bawa. Tampak ia
agak kikuk, kurang menguasai keadaan ketika aku menolehnya.



Setelah aku mengajarinya bagaimana menggunakan kamera yang kuberikan
itu, kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan telaten kucumbu
istriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kini tamuku tampaknya sudah
menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip kami dari lensa kamera
dari segala sudut. Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah liang
senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, dan terakhir dengan
batang istimewaku. Sedangkan aku belum apa-apa.



"Sekarang gantian Rin, kamu yang maen aku yang ngambil photonya", kata istriku.

"Ah Mbak ini ada-ada aja", kata Rini malu-malu.

Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak
menolak. Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung memeluk
Rini yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk seperti akan
memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu atau
malu. Kuraih kamera yang masih di tangan kanannya kemudian kuberikan
kepada istriku.



Kini aku lebih leluasa memeluk dan mencumbunya, kuciumi pipi dan
lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak sampai lekukan
pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua
tangannya kini ternyata sudah berani membalas memelukku. Kemudian aku
memangkunya dan merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir mungilnya,
kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil telinganya, kemudian kuciumi
lehernya punuh sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang menarik
nafas panjang dan kadang badannya menggelinjang-gelinjang.



Tidak terlalu susah aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak
pemandangan yang cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar terbungkus
rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan
postur badan yang cukup indah. Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak
pahanya cukup menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan
pahanya yang terbungkus CD menambah panorama keindahan.



Ia tidak menolak ketika aku membuka BH-nya, demikian juga ketika aku
melepaskan kimononya melewati kedua tangannya. Kuteruskan permainanku
dengan mengitari sekitar bukit-bukit segar itu. Seluruh titik di bagian
atasnya telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua bukti
itu kuremas perlahan. Ia mendesah, "Eeehhh.."



Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerak-gerak,
desahnya pun semakin jelas terdengar. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai
mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi
lagi bukit-bukit indah itu, dan kemudian kupermainkan kedua puting
susunya dengan lidahku. Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi
desahannya yang terasa merdu sekali.



Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya. Ia mencegah ketika aku akan
membuka CD-nya yang merupakan pakaian satu-satunya yang tersisa. "Ya
nggak usah dibuka" ujarku, "Aku elus-elus aja ya bagian atasnya pakai
punyaku", bujukku. Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja
menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah dua bibir yang mengapit lembah
cintanya dihiasi bulu-bulu tipis. Kupegang burungku sambil duduk
mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kuelus-eluskan burung itu ke
ujung lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak lama dengan
permainan itu, akhirnya mungkin karena ia juga penasaran, maka ia tidak
menolak ketika kulepaskan CD-nya.



Kini kami sama-sama telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa.
Kuteruskan permainan burungku dengan lebih leluasa. Tak lama kemudian
cairan kenikmatannya pun sudah meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku
pun lebih lancar menjelajah. Tapi karena lembahnya masih perawan agak
susah juga untuk menembusnya.



Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam lembah sorganya, tampak
bibir-bibir kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala burungku.
Menyadari alam yang dilaluinya belum pernah dijamah, aku cukup sabar
untuk melakukan permainan sampai lembah kenikmatannya betul-betul
menerimanya secara alami. Gelinjang, desahan, dan ekspresi wajahnya yang
sedang menahan kenikmatan membuatku semakin bersemangat dan lebih
percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak menyadari apa
yang sedang terjadi. Akhirnya kepala burungku berhasil menembus lubang
kenikmatan itu.



Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan dan memasukkan lagi kepala
burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang
terjadi, karena itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan
kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang
diperolehnya. Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih
mendesak ke dalam. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh
burungku ke tempatnya yang terindah.



Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya
sambil pantatku kugerakkan naik turun. Sementara burungku lebih jauh
menjangkau ke dalam lembah nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku
kuhempaskan ke tubuh mungil itu. Dan.., "Blesss...." seluruh burungku
masuk ke dalam surga dunia yang indah. Ia mengerang, gerakan burungku
pun segera kuhentikan sampai liang kewanitaannya menyesuaikan dengan
situasi yang baru.



Setelah agak lama aku pun mulai lagi memainkan gerakan-gerakanku dengan
gentle. Kini ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan
pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram
punggungku, kakinya ikut menjepit kedua kakiku. Kemudian muncul erangan
panjang diikuti denyut-denyut dari lembah sorganya. "Eeehhh..."
desahnya. Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh
kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan
menekan ke selangkangannya. "Eeehhh..." erangku juga. Kami berdua
menarik nafas panjang.



Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku kemudian aku
mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku. Tampak tempat
tidurnya basah oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak merah. Ia pun
segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan terhadap
situasi yang telah dialaminya. Aku dan istriku memberi keyakinan untuk
tidak menyesali apa yang pernah terjadi.



Besok paginya aku sempat bermain lagi dengannya sebelum check out.
Betul-betul suatu akhir pekan yang susah dilupakan. Akhirnya ia
kutitipkan bekerja di perusahaan temanku.

cerita hot- Silakan Perkosa Istriku





abg belahan dada montok 11l.jpg


Cerita hot - “MMMMPPFFFF….mmmpffff….” perempuan di atas ranjang itu mendesah tertahan karena mulutnya tersumpal celana dalamnya sendiri


Perempuan
yang semasa gadis kukejar-kejar itu meronta-ronta tak berdaya. Kedua
tangannya terikat terentang ke sebatang besi yang melintang. Kedua
matanya tertutup sehelai kain hitam yang mengikat kepalanya. Dulu, ia
jadi buruan banyak lelaki, termasuk aku. Reni namanya, umur 27 tahun,
lima tahun lebih muda dariku, kulitnya putih mulus, rambut panjang agak
bergelombang dan mata yang bulat indah. Ia seorang wanita yang terkenal
alim sejak dulu, santun dalam tingkah laku, selera berpakaiannya pun
tinggi, ia tidak suka mengumbar kemulusan tubuhnya walau dikaruniai body
yang aduhai dengan payudara yang montok. Dari sekian banyak lelaki,
akhirnya akulah yang beruntung mendapatkannya sebagai istri. Aku tahu,
banyak lelaki lain yang pernah menidurinya dalam mimpi atau
menjadikannya objek masturbasi mereka. Tetapi, aku bukan hanya bermimpi.
Aku bahkan betul-betul menidurinya kapanpun aku mau. Ia juga membantuku
masturbasi saat ia datang bulan. Cintaku padanya belum berubah, yang
berubah hanya caraku memandangnya. Tiba-tiba, entah kapan dan bagaimana
awalnya, aku selalu membayangkan Reni dalam dekapan lelaki lain. Entah
aku sudah gila atau bagaimana, rasanya benar-benar excited membayangkan
payudara dan vaginanya dalam genggaman telapak tangan pria lain,
terutama yang bertampang kasar dan status sosialnya di bawahnya. Reni
istri yang setia, jadi tentu saja, dalam imajinasiku itu, Reni tidak
sedang berselingkuh. Aku mungkin gila membayangkannya menderita lantaran
diperkosa! Dan kini imajinasiku itu menjadi kenyataan. Di depanku,
seorang lelaki tengah memeluknya dari belakang. Sebelah tangan lelaki
itu meremas-remas payudaranya. Sebelah lagi dengan kasar melakukan hal
yang sama pada pangkal pahanya. Tiga lelaki sedang bersiap-siap
memperkosa Reni, seorang istri setia yang alim. Itu semua terjadi di
depan suaminya sendiri dan atas perintahnya. Tentu saja, Reni tak tahu
hal itu terjadi atas rancangan aku, suaminya. Itu sebabnya, kedua
matanya kini terikat. Tiga lelaki itu adalah orang yang kupilih untuk
mewujudkan fantasi gilaku.


Setelah
melalui beberapa pertimbangan dan pembicaraan-pembicaraan santai yang
makin mengarah ke serius, akhirnya kudapatkan juga tiga orang yang
kurasa pas untuk mewujudkan kegilaanku. Orang pertama, Aldo, adalah
office boy di kantor tempatku bekerja. Orangnya masih berumur 23 tahun,
berperawakan kurus tinggi dengan kumis tipis. Dia sering membantuku dan
tugas-tugas yang pernah kupercayakan padanya pun selalu rapi. Pada jam
istirahat atau lembur kami sering ngobrol dan merokok bersama, dan dalam
suatu obrolan lah aku mengungkapkan ide gilaku padanya. Sifatnya agak
pemalu dan pendiam sehingga tidak banyak teman.Menurut pengakuannya, ia
belum pernah berpacaran apalagi main perempuan.


“Ya
boleh juga lah Bos, sapa tau seperti kata Bos, bisa bikin saya lebih
berani ke cewek hehehe” katanya menanggapi permintaanku.


Orang
kedua Bob, seorang temanku di perusahaan tempatku bekerja dulu, seorang
pria berusia 40 tahun lebih. Aku berpikir dia pas untuk tugas gila ini
begitu melihatnya terutama perutnya yang gendut. Aku memang kadang
mengkhayalkan wajah Reni yang lembut dikangkangi seorang lelaki gendut.
Bob mengaku tertarik dengan tawaranku lantaran ia punya seorang
karyawati cantik yang belum berhasil ditaklukannya. Ia memperlihatkan
foto gadis itu kepada kami yang memang harus diakui cantik. Kata Bob, ia
sudah berulangkali mencoba merayu gadis itu untuk melayaninya, tetapi
gadis itu selalu menolaknya.


“Setelah bermain-main dengan Reni, aku ingin kalian membantuku memperkosa si Lia ini” katanya.


Orang
ketiga bernama Jaelani yang direkomendasikan oleh Bob. Ia adalah sopir
perusahaan di tempat kerja Bob, tubuhnya kekar, kulitnya hitam, kumis di
atas bibirnya menambah sangar wajahnya yang memang sudah seram itu.
Melihatnya, aku langsung membayangkan Reni menjerit-jerit lantaran
vaginanya disodok penis pria seperkasa Jaelanni ini.


“Saya
udah lima tahun cerai, selama ini mainnya sama perek kampung aja kalau
lagi sange, kalau ngeliat yang cantik kaya istri Abang ini wah siapa ga
kepengen Bang” sahutnya antusias ketika kuperlihatkan foto Reni di
HP-ku.


“OK deh, minggu depan kita
beraksi. Silakan kalian puaskan diri dengan istriku. Nanti hari H min
satu kita atur lagi lebih dalam rencananya! kataku mengakhiri pertemuan.


***


H – 1


Sehari
sebelum hari yang direncanakan tiba, kami berempat berkumpul lagi di
rumah kontrakan Jaelani untuk membahas apa yang harus dilakukan.
Akhirnya, ide Bob yang kami pakai. Idenya adalah menculik istriku dan
membawanya ke villa Bob yang besar dan terletak di luar kota. Bob
menjamin, teriakan sekeras apapun tak akan terdengar keluar villanya
itu, selain itu suasananya pun jauh dari keramaian kota sehingga aman
untuk melakukannya. Kami semua sepakat dan mulai membagi tugas. Aku tak
sabar menunggu saatnya mendengar jeritan kesakitan Reni diperkosa ketiga
pria ini.


***


Hari H


Hari
yang disepakati pun tiba. Aku tahu, pagi itu Reni akan ke rumah
temannya. Aku tahu kebiasaannya. Setelah aku berangkat kantor, ia akan
mandi. Hari itu ia memakai gaun terusan krem bermotif bunga-bunga.
Sebenarnya aku tidak ke kantor, tetapi ke rumah Bob. Di sana, tiga
temanku sudah siap. Kamipun meluncur ke rumahku dengan mobil van milik
Bob. Sekitar sepuluh menit lagi sampai, kutelepon Reni.


“Sudah mandi, sayang ?” kataku.


“Barusan selesai kok” sahutnya.


“Sekarang lagi apa?”


“Lagi mau pake baju, hi hi…” katanya manja.


“Wah, kamu lagi telanjang ya ?”


“Hi hi… iya,”


“Cepat pake baju, ntar ada yang ngintip lho !” kataku.


“Iya sayang, ini lagi pake BH,” sahutnya lagi.


“Ya udah, aku kerja dulu ya, cup mmuaachh…” kataku menutup telepon.


Tepat
saat itu mobil Bob berhenti di samping rumahku yang tak ada jendelanya.
Jadi, Reni tak akan bisa mengintip siapa yang datang. Bob, Aldo dan
Jaelani turun, langsung ke belakang rumah. Kuberitahu mereka tentang
pintu belakang yang tak terkunci. Aku tak perlu menunggu terlalu lama.
Kulihat Aldo sudah kembali dan mengacungkan jempolnya. Cepat kuparkir
mobil Bob di garasiku sendiri.


“Matanya sudah ditutup Do?” kataku.


“Sudah bos. Mbak Reni sudah diikat dan mulutnya disumpel. Tinggal angkut” katanya.


Memang,
kulihat Bob dan Jaelani sedang menggotong Reni yang tengah
meronta-ronta. Istriku yang malang itu kini terikat tak berdaya. Kedua
tangannya terikat ke belakang. Aku siap di belakang kemudi. Kulirik ke
belakang, tiga lelaki itu memangku Reni yang terbaring di jok tengah.


“Ha ha… step one, success!” kata Bob.


Aku
menelan liurku ketika rok Reni disingkap sampai ke pinggang. Tangan
mereka saling berebut menjamah pahanya yang putih mulus. Bob bahkan
telah menurunkan bagian dada Reni yang agak rendah sehingga sebelah
payudaranya yang masih terbungkus bra hitam menyembul keluar. Lalu, ia
menurunkan cup bra itu. Mata ketiganya seolah mau copot melihat payudara
34B Reni yang bulat montok dengan puting coklat itu. Bob bahkan
langsung melumat bongkahan kenyal itu dengna bernafsu embuat Reni
merintih-rintih. Gilanya, aku malah sangat menikmati pemandangan itu.


“Udah
Bang, sekarang berangkat aja dulu” kata Jaelani sambil jarinya mulai
merambahi selangkangan Reni dan mengelusi vaginanya dari luar celana
dalamnya.


***


Villa Bob


Setelah
empat puluh menit perjalanan tibalah kami di villa Bob yang besar. Kami
mengikat Reni di ranjang dengan tangan terentang ke atas. Si sopir,
Jaelani, tengah memeluknya dari belakang, meremas payudara dan pangkal
pahanya.


“Pak Bob merokok kan? Reni
benci sekali lelaki perokok. Saya pingin ngelihat dia dicium lelaki yang
sedang merokok. Saya juga pengen Pak Bob meniupkan asap rokok ke dalam
memeknya,” bisikku kepada Bob.


Bob
mengangguk sambil menyeringai. Aku lalu mengambil posisi yang tak
terlihat Reni, tapi aku leluasa melihatnya. Kulihat Bob sudah menyulut
rokoknya dan kini berdiri di hadapan Reni. Dilepasnya penutup mata Reni.
Mata sendunya berkerjap-kerjap dan tiba-tiba melotot. Rontaan Reni
makin menjadi ketika Bob menjilati pipinya yang halus. Apalagi, kulihat
tangan Jaelani tengah mengobok-obok vaginanya. Pinggul Reni
menggeliat-geliat menahan nikmat.


“Bang nggak bosen-bosen mainin memek Mbak Reni,” tanya Aldo yang duduk di sebelahku sambil memainkan penisnya.


“Lho, kok kamu di sini. Ayo direkam sana!” kataku menepuk punggungnya.


“Oh iya. Lupa!” kata Aldo sambil cengengesan.


Bob menarik lepas celana dalam Reni yang menyumbat mulutnya.


“Lepaskaaaan…. mau apa kalian… lepaskaaaan!” langsung terdengar jerit histeris Reni yang marah bercampur takut.


“Tenang Mbak Reni, kita cuma mau main-main sebentar kok,” kata Bob sambil menghembuskan asap rokok ke wajah cantiknya.


Kulihat Reni melengos dengan kening berkerut.


“Ya nggak sebentar banget, Mbak. Pokoknya sampe kita semua puas deh!” kata Aldo.


Ia
berjongkok di hadapan Reni. Diarahkannya kamera ke bagian bawah tubuh
Reni, ia mengclose-up jari tengah Ben yang sedang mengobok-obok vagina
istriku.


“Memek Mbak rapet sih. betah nih saya maenan ini seharian,” timpal Jaelani.


“Aaakhhh… binatang…lepaskaaann…nngghhhh!” Reni meronta-ronta dan menangis


Telunjuk
Aldo ikut-ikutan menusuk ke dalam vaginanya. Kulihat Bob menghisap
rokok Jie Sam Soe-nya dalam-dalam. Tangan kirinya meremas-remas payudara
kanan Reni yang telah terbuka


“Lepaskaaaan…
jangaaann….setaan….mmmfff…..mmmmfffff….mmmpppfff… .” jeritan Reni
langsung terbungkam begitu Bob melumat bibirnya dengan buas.


Mata Reni mendelik. Kulihat asap mengepul di antara kedua bibir yang berpagut itu. Al


mengclose-up
ciuman dahsyat itu. Ketika Bob akhirnya melepaskan kuluman bibirnya,
bibir Reni terbuka lebar. Asap tampak mengepul dari situ. Lalu Reni
terbatuk-batuk.


“Ciuman yang hebat, Jeng Reni. Sekarang aku mau mencium memekmu,” kata Bob.


Reni
masih terbatuk-batuk. Wajahnya yang putih mulus jadi tampak makin
pucat. Bob berlutut di hadapan Reni. Jaelani dan Aldo membantunya
membentangkan kedua kaki Reni lebih lebar.


“Wow, memek yang hebat,” kata Bob sambil mendekatkan ujung rokok yang menyala ke rambut kemaluan Reni yang tak berapa lebat.


Sekejap
saja bau rambut terbakar menyebar di ruangan ini. Bob lalu menyelipkan
bagian filter batang rokoknya ke dalam vagina Reni. Istriku masih
terbatuk-batuk sehingga terlihat batang rokok itu kadang seperti
tersedot ke dalam. Tanpa disuruh, Aldo meng-close-upnya dengan handycam.
Bob lalu melepas rokok itu dari jepitan vagina Reni. Dihisapnya
dalam-dalam. Lalu, dikuakkannya vagina Reni lebar-lebar. Mulutnya
langsung merapat ke vagina Reni yang terbuka.


“Uhug…uhug…aaaakkhhh…
aaaaakkhhh….aaaaakkkhhhh…” Reni menjerit-jerit histeris. Bob tentu
sudah mengembuskan asap rokoknya ke dalam vagina istriku.


“Aaakhhhh…
panaaassss….adududuhhhh….” Reni terus menjerit dan meronta-ronta.
Kulihat Bob melepaskan mulutnya dari vagina istriku.


Sementara Aldo mengclose up asap yang mengepul dari vagina Reni. Reni semakin menangis ketakutan.


Bob
bangkit dan menjilati sekujur wajahnya. Lalu dengan gerak tiba-tiba ia
mengoyak bagian dada istriku. Reni memekik ketika Bob merenggut putus
bra-nya yang telah tersingkap. Ia terus menangis saat Bob mulai
menjilati dan mengulum putingnya. Kulihat Jaelani kini berdiri di
belakang istriku. Penisnya yang besar itu telah mengacung dan siap
beraksi. Ia menoleh ke arahku, seolah minta persetujuan. Aku
mengacungkan ibu jari, tanda persetujuan. Tak sabar aku melihat istriku
merintih-rintih dalam persetubuhan dengan lelaki lain. Kuberi kode
kepada Aldo, si office boy, agar mendekat.


“Tolong tutup lagi matanya. Gua pengen ingin dia menelan sperma gua soalnya selama ini dia belum pernah” kataku


Al mengangguk dan segera melakukan perintahku. Setelah yakin Reni tak bisa melihatku, aku pun mendekat.


“Aaakkhhh….aaakkkhhh….. jangaaaannn….!” Reni menjerit lagi, kali ini lantaran penis Jaelani yang besar mulai menusuk vaginanya.


Kulihat
baru masuk setengah saja, tapi vagina Reni tampak menggelembung seperti
tak mampu menampung penis itu. Kulepaskan ikatan tangan Reni tapi kini
kedua tangannya kuikat ke belakang tubuhnya. Penis si sopir masih
menancap di vaginanya. Jaelani kini kuberi isyarat agar duduk di lantai.
Berat tubuh Reni membuat penis Jaelani makin dalam menusuk vaginanya.
Akibatnya Reni menjerit histeris lagi. Tampaknya kali ini ia betul-betul
kesakitan. Aku sudah membuka celanaku. Penisku mengacung ke hadapan
wajah istriku yang cantik ini. Reni bukannya tak pernah mengulum
penisku. Tapi, selalu


saja ia menolak kalau kuminta spermaku tertumpah di dalam mulutnya.


“Jijik ah, Mas,” katanya berkilah.


Tetapi
kini ia akan kupaksa menelan spermaku. Kutekan kepalanya ke bawah agar
penis si sopir masuk lebih jauh lagi sehingga Reni makin histeris. Saat
mulutnya terbuka lebar itulah kumasukkan penisku, jeritannya pun
langsung terbungkam. Aku berharap Reni tak mengenali suaminya dari bau
penisnya. Ughhhh… rasanya jauh lebih nikmat dibanding saat ia mengoral
penisku dengan sukarela. Kupegangi bagian belakang kepalanya sambil
kugerakkan maju mundur pinggulku. Sementara Jaelani juga sudah semakin
ganas menyentak-nyentak penisnya pada vagina istriku. Reni
mengerang-erang, dari sela kain penutup matanya kulihat air matanya
mengalir deras. Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi. Kutahan kepalanya
ketika akhirnya spermaku menyembur deras ke dalam rongga mulut istriku
yang kucintai. Kutarik keluar penisku, tetapi langsung kucengkeram
dagunya yang lancip. Di bawah, Bob dan Aldo menarik kedua puting
istriku.


“Ayo, telan, banyak proteinnya nih Mbak, sehat loh” kata Bob.


Akhirnya
memang spermaku tertelan, meski sebagian meleleh keluar di antara celah
bibirnya. Nafas Reni terengah-engah di antara rintihan dan isak
tangisnya. Ben masih pula menggerakkan pinggangnya naik turun.


Aku
duduk bersila menyaksikan istriku tengah dikerjai tiga pria bertampang
jelek. Penis Jaelani masih menancap di dalam vagina Reni. Kini Bob
mendorong dada Reni hingga ia rebah di atas tubuh tegap sopir itu. Ia
kini langsung mengangkangi wajah Reni. Ini dia yang sering kubayangkan.
Wajah cantik Reni terjepit pangkal paha lelaki gendut itu. Kuambilalih
handycam dari tangan Aldo, lalu kuclose up wajah Reni yang menderita.
Reni menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menjerit-jerit. Tetapi,
jeritannya langsung terbungkam penis Bob. Kedua tangan kekar Jaelani
menggenggam payudara Reni. Meremas-remasnya dengan kasar dan
berkali-kali menjepit kedua putingnya. Dari depan kulihat, tiap kali
puting Reni dijepit keras, vaginanya tampak berkerut seperti hendak
menarik penis Ben makin jauh ke dalam. Aldo tak mau ketinggalan. Ia kini
mencari klitoris Reni. Begitu ketemu, ditekannya dengan jarinya dengan
gerakan memutar. Sesekali, bahkan dijepitnya dengan dua jari. Terdengar
Reni mengerang-erang, tubuhnya mengejang seperti menahan sakit.


“Boleh aku gigit klitorisnya?” tanya Aldo padaku sambil berbisik.


“Boleh, asal jangan sampai luka,” sahutku sambil mengarahkan handycam ke vagina istriku.


Office
boy pemalu ini betul-betul melakukannya. Mula-mula dijilatinya bagian
sensitif itu. Lalu, kulihat klitoris istriku terjepit di antara
gigi-gigi Aldo yang tidak rata. Ditariknya menjauh seperti hendak
melepasnya. Kali ini terdengar jerit histeris Reni.


“Aaaaakkhhhh….saakkkkiiiittt…”
rupanya Bob saat itu menarik lepas penisnya lantaran Jaelani ingin
berganti posisi. Jaelani memang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuh
Reni pada kedua pahanya. Penisnya yang besar masih menancap di vagina
istriku. Terus terang aku iri melihat penisnya yang besar itu. Reni
terus menjerit-jerit dalam gendongan Jaelani yang ternyata membawanya ke
atas meja. Diturunkannya Reni hingga kini posisinya tertelungkup di
atas meja. Kedua kakinya menjuntai ke bawah dan kedua payudaranya tepat
di tepi meja.


“Kita teruskan lagi, ya Mbak. Memek Mbak kering sekali, jadi lama selesainya,” kata si sopir


Ia menusukkan dua jari ke vagina Reni sehingga tubuh istriku itu menggeliat.


“Sudaaahh…. hentikaaan…kalian…bangsat!” teriaknya di sela isak tangisnya.


“Iya Mbak, maafkan kami yang jahat ini ya?” sahut Jaelani sambil kembali memperkosa istriku.


Suara
Reni sampai serak ketika ia menjerit histeris lagi. Tapi tak lama, Bob
sudah menyumpal mulutnya lagi dengan penisnya. Dalam posisi seperti itu,
si sopir betul-betul mampu mengerahkan kekuatannya. Tubuh Reni sampai
terguncang-guncang. Kedua payudaranya berayun ke muka tiap kali Ben
mendorong penisnya masuk. Lalu, kedua gumpalan daging kenyal itu berayun
balik membentur tepi meja. Payudara Reni yang putih mulus kini tampak
memerah. Jaelani terlihat betul-betul kasar, mungkin Reni adalah wanita
tercantik yang pernah disetubuhinya sehingga tak heran ia begitu
bernafsu. Saat ia terlihat hampir sampai puncak, Bob berseru kepadanya,


“Buang ke mulutnya dulu. Nanti putaran kedua baru kita buang ke memeknya,” kata Bob.


Jaelani
mengangguk lalu ia bergerak ke depan Reni. Vagina Reni tampak menganga
lebar, tetapi sejenak saja kembali merapat. Bob dengan cepat
menggantikan posisi Jaelani. Penisnya kini menyumpal mulut Reni. Ia
menggeram keras sambil menahan kepala Reni.


“Ayo, telen spermaku ini… Uuughhhh….yah…. telaaannn…..” si sopir meracau.


Jaelani
baru melepaskan penisnya setelah yakin Reni benar-benar menelan habis
spermanya. Reni terbatuk-batuk, sopir itu mengusapkan penisnya yang
berlumur spermanya sendiri ke hidung Reni yang mancung.


“Uuggghhh….nggghhhhhh…..” Reni merintih.


Tak
menunggu lama, kini giliran Bob menyetubuhi Reni. Reni tampaknya tak
kesakitan seperti saat diperkosa si sopir. Mungkin karena penis Bob
lebih kecil.


“Aiaiaiaiiiii…. jangaaan…. aduhhhh…. sakiiit….” tiba-tiba Reni mendongak dan menjerit kesakitan.


“Anusmu masih perawan ya ? Nanti aku ambil ya ?” katanya.


Ternyata, sambil menancapkan penisnya ke vagina Reni, Bob menusukkan telunjuknya ke anus Reni.


Kudekati Bob seraya berkata,


“Jangan sekarang, pak Bob. Aku juga ingin merasakan menyodominya. Aku belum pernah memasukkan kontolku ke situ,” bisikku.


“Oke, setelah suaminya, siapapun boleh kan?” sahutnya juga dengan berbisik.


Aku
mengangguk. Bob tak mau kalah dengan Jaelani. Ia juga menancapkan
penisnya dengan kasar, cepat dan gerakannya tak beraturan. Bahkan,
sesekali ia mengangkat sebelah kaki Reni dan memasukkan penisnya
menyamping. Saat bersetubuh denganku, biasanya posisi menyamping itu
bisa membuat Reni melolong-lolong dalam orgasme.


Tapi,
kali ini yang terdengar adalah rintihan dan jerit kesakitan. Saat aku
mulai merasa kasihan padanya, jeritan itu berhenti. Aldo kini membungkam
mulutnya dengan penisnya. Peluh membasahi sekujur tubuh Reni. Bob sudah
menumpahkan sperma ke dalam mulutnya. Tubuh Reni terkulai lemas karena
kelelahan, keringat bercucuran di tubuhnya yang mulus. Tetapi, kulihat
ia masih sadar. Aldo membopongnya ke kasur busa yang tergeletak di
lantai. Reni diam saja ketika ikatan tangannya dilepas.


“Sebentar
ya Mbak. Bajunya dilepas aja semua biar lebih enak ngentotnya” katanya
sambil melucuti seluruh pakaian yang masih tersangkut di tubuh Reni.
Reni kini berbaring terlentang di kasur busa tanpa sehelai benang pun di
tubuhnya. Hanya arloji Fossil, kalung dan cincin kawin yang masih
tersisa di tubuhnya. Ia tampak terisak-isak. Aldo kemudian mengikat
kembali kedua tangan Reni menjadi satu ke kaki meja. Aku tertarik
melihat Aldo yang sikapnya lembut dan agak malu-malu kepada Reni.


“Aduh kasihan, tetek Mbak sampai merah begini,” katanya sambil membelai-belai lembut kedua payudara istriku.


Dipilin-pilinnya
juga kedua puting Reni dengan ujung jarinya. Reni menggeliat merasakan
rangsangan menjalar ke seluruh tubuhya dari wilayah sensitif itu.


“Siapa yang menggigit ini tadi ?” tanya Aldo.


“Alaaaa, sudahlah, banyak cingcong amat kau ini…cepat masukkan kontol kau tuh ke memek cewek ini,” terdengar Bob berseru.


“Ah,
jangan kasar begitu. Perempuan cantik gini harus diperlakukan lembut.
Ya, Mbak Reni?” Al terus membelai-belai vagina Reni yang ditutupi
bulu-bulu hitam lebat.


Kali ini ia
menyentil-nyentil puting Reni dengan lidahnya, sesekali dikecupnya.
Biasanya, Reni bakal terangsang hebat kalau kuperlakukan seperti itu dan
tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh kelembutan Aldo setelah
sebelumnya menerima perlakuan kasar.


“Unngghhh…. lepaskan saya, tolong. Jangan siksa saya seperti ini,” mohonnya.


Aldo
tak berhenti, kini ia malah menjilati sekujur permukaan payudara
istriku. Lidahnya juga terus bergerak ke ketiak Reni yang mulus tanpa
rambut sehelaipun. Reni menggigit bibirnya menahan geli dan rangsangan
yang mulai mengganggunya. Aldo mencium lembut pipinya dan sudut
bibirnya. Aku sempat heran, katanya dia belum pernah menyentuh wanita,
tapi kok mainnya sudah ahli begini, apakah kebanyakan nonton bokep?
pikirku


“Jangan khawatir Mbak.
Bersama saya, Mbak akan merasakan nikmat. Kalau Mbak sulit menikmatinya,
bayangkan saja wajah suami Mbak,” kata Aldo sambil melanjutkan mengulum
puting Reni. Kali ini dengan kuluman yang lebar hingga separuh payudara
Reni terhisap masuk.


“MMmfff…..
ouhhhhh….tidaaakk… saya tidak bisa… ” sahut Reni dengan isak tertahan.
“Bisa, Mbak… Ini suami Mbak sedang mencumbu Mbak. Nikmati saja… ” Aldo
terus


menyerang Reni secara psikologis.


Jilatannya
sudah turun ke perut Reni yang rata. Dikorek-koreknya pusar Reni dengan
lidahnya. Reni menggeliat dan mengerang lemah.


“Vaginamu
indah sekali, istriku…” kata Aldo sambil mulai menjilati bibir vagina
istriku. Reni mengerang lagi. Kali ini makin mirip dengan desahannya
saat bercumbu denganku. Pinggulnya kulihat mulai bergerak-gerak, seperti
menyambut sapuan lidah office boy itu pada vaginanya. Ia terlihat
seperti kecewa ketika Aldo berhenti menjilat. Tetapi, tubuhnya bergetar
hebat lagi saat pemuda itu dengan pandainya menjilat bagian dalam
pahanya. Aku acungkan ibu jari pada Aldo, itu memang titik sensitifnya.
Aldo menjilati bagian dalam kedua paha Reni, dari sekitar lutut ke arah
pangkal paha. Pada jilatan ketiga, Reni merapatkan pahanya mengempit
kepala si office boy dengan desahan yang menggairahkan.


“Iya Reni, nikmati cinta suamimu ini,”


Aldo
terus meracau, direnggangkannya kembali kedua paha Reni. Kini lidahnya
langsung menyerang ke pusat kenikmatan Reni. Dijilatinya celah vagina
Reni dari bawah, menyusurinya dengan lembut sampai bertemu klitoris.


“Ooouhhhhhh….
aahhhh…. am…phuuunnn….” Reni merintih menahan nikmat. Apalagi, Aldo
kemudian menguakkan vaginanya dan menusukkan lidahnya ke dalam
sejauh-jauhnya.


Reni makin tak
karuan. Kepalanya menggeleng-geleng. Giginya menggigit bibirnya, tapi ia
tak kuasa menahan keluarnya desahan kenikmatan. Apalagi Aldo kemudian
dengan intens menjilati klitorisnya.


“Ayo
Mbak Reni, nikmati…. nikmati… jangan malu untuk orgasme…” kata Aldo,
lalu tiba-tiba ia menghisap klitoris Reni. Akibatnya luar biasa. Tubuh
Reni mengejang, dari bibirnya keluar rintihan seperti suara anak kucing.
Tubuh istriku terguncang-guncang ketika ledakan orgasme melanda
tubuhnya.


“Bagus Mbak, puaskan
dirimu,” kata Al, kali ini sambil menusukkan dua jarinya ke dalam vagina
istriku, keluar masuk dengan cepat.


“Aaakkhhhh….aaauuunnghhhhhh…” Reni melolong, lalu ia menangis merasa terhina karena menikmati perkosaan atas dirinya.


Aldo
memperlihatkan dua jarinya yang basah oleh cairan dari vagina istriku.
Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah istriku. Dijilatnya pipi istriku.


“Oke
Mbak, kamu diperkosa kok bisa orgasme ya ? Nih, kamu harus merasakan
cairan memekmu” katanya sambil memaksa Reni mengulum kedua jarinya.


Reni
hanya bisa menangis. Ia tak bisa menolak kedua jari Aldo ke dalam
mulutnya. Dua jarikupun masuk ke dalam vagina Reni dan memang
betul-betul basah. Kucubit klitorisnya dengan gemas.


“Nah, sekarang aku mau bikin kamu menderita lagi,” kata Aldo yang lalu menempatkan dirinya di hadapan pangkal paha Reni.


Penisnya
langsung menusuk jauh. Reni menjerit kesakitan. Apalagi Aldo
memperkosanya kali ini dengan brutal. Sambil menyetubuhinya, Aldo tak
henti mencengkeram kedua payudara Reni. Kadang ditariknya kedua putting
Reni hingga istriku menjerit-jerit minta ampun. Seperti yang lain, Aldo
juga membuang spermanya ke dalam mulut istriku. Kali ini, Reni pingsan
saat baru sebagian sperma office boy itu ditelannya. Aldo dengan gemas
melepas penutup mata Reni, lalu disemburkannya sisa spermanya ke wajah
cantik istriku.


*******************************


Satu jam kemudian


Reni sudah satu jam pingsan, aku menghampiri tubuhnya yang terkulai lemas dan sudah berlumuran keringat dan sperma itu.


“Biar
dia istirahat dulu. Nanti suruh dia mandi. Kasih makan. Terus lanjutkan
lagi kalau kalian masih mau,” kataku sambil menghisap sebatang rokok.


“Ya masih dong, bos. Baru juga sekali,” sahut Jaelani sambil tangannya meremas-remas payudara Reni.


“Iya,
gua kan belum nyoba bo’olnya” timpal Bob sambil jarinya menyentuh anus
Reni. “Oke, terserah kalian. Tapi jam dua siang dia harus segera
dipulangkan,” kataku.


Tiba-tiba Reni
menggeliat. Cepat aku pindah ke tempat tersembunyi. Apa jadinya kalau
dia melihat suaminya berada di antara para pemerkosanya? Kulihat Reni
beringsut menjauh dari tiga temanku yang hanya memandanginya. Rambut
panjangnya yang indah sudah agak berantakan, ia menyilangkan tangan
menutupi tubuh telanjangnya. Tentu itu tak cukup untuk menutupinya malah
membuat ketiga pria itu semakin bergairah padanya. Jaelani berdiri
mendekatinya, lalu mencengkeram lengannya dan menariknya berdiri.


“Jangan… saya nggak sanggup lagi. Apa kalian belum puas?!” Reni memaki-maki.


“Belum
! Tapi sekarang Mbak harus mandi dulu supaya memeknya ini bersih!”
bentak sopir itu sambil tangan satunya mencengkeram vagina Reni.


Reni
menjerit-jerit waktu pria itu menyeretnya ke halaman belakang. Ternyata
mereka akan memandikannya di ruang terbuka. Kulihat Jaelani menarik
selang panjang dan langsung menyemprotkannya ke tubuh telanjang Reni.
Reni menjerit-jerit, berusaha menutupi payudara dan vaginanya dengan
kedua tangannya. Bob lalu mendekat, menyerahkan sepotong sabun kepada
Reni.


“Kamu sabunan sendiri apa aku yang nyabunin?” tanyanya.


Reni tampak ragu.


“Cepat, sabunan Mbak, kan dingin” seru Aldo.


Semprotan
air deras diarahkannya tepat mengenai pangkal paha Reni. Reni perlahan
mulai menyabuni tubuhnya. Ia terpaksa menuruti perintah mereka untuk
juga menyabuni payudara dan vaginanya.


Tak tahan hanya menonton saja, Bob akhirnya mendekati istriku.


“Begini caranya nyabunin memek!” katanya sambil dengan kasar menggosok-gosok


vagina Reni.


Reni
menjerit kecil ketika Bob mendekap tubuhnya dan tangannya mulai
menggerayangi tubuhnya yang licin oleh sabun. Mulut pria gemuk itu juga
menciumi pundak dan leher istriku. Tak lama kemudian, acara mandi
akhirnya selesai. Mereka menyerahkan sehelai handuk kepada Reni. Reni
segera menggunakannya untuk menutupi tubuhnya.


“Hey, itu bukan untuk nutupin badanmu. Itu untuk mengeringkan badan,” bentak Jaelani.


“Kalau sudah bersih, kita terusin lagi ya Mbak, enak sih!” kata Aldo


“Aiiihhh…” Reni memekik karena Aldo sempat-sempatnya mencomot putingnya.


“Kalau sudah handukan, susul kami ke meja makan. Kamu harus makan biar kuat,” lanjut Bob sambil meremas bokong Reni yang bundar!


Kulihat
Reni telah selesai mengeringkan tubuhnya. Ia mematuhi perintah mereka,
tanpa mengenakan apapun ia melangkahkan kakinya ke ruang makan.
Betul-betul menegangkan melihat istriku berjalan di halaman terbuka
dengan tanpa mengenakan apapun. Sensasinya makin luar biasa karena dalam
keadaan seperti itu ia kini berjalan ke arah tiga lelaki yang tengah
duduk mengitari meja makan. Mereka betul-betul sudah menguasai istriku.
Kulihat Reni menurut saja ketika diminta duduk di atas meja dan kakinya
mengangkang di hadapan mereka. Posisiku di belakang teman-temanku, jadi
akupun dapat melihat vagina dan payudara Reni yang terbuka bebas. Bob
mendekatkan wajahnya ke pangkal paha Reni. Kulihat ia menciumnya.


“Nah, sekarang memekmu sudah wangi lagi,” katanya.


Reni menggigit bibirnya dan memejamkan mata.


“Teteknya juga wangi,” kata Aldo yang menggenggam sebelah payudara Reni dan mengulum putingnya.


“Ngghhh… kenapa kalian lakukan ini pada saya,” rintih Reni.


“Mau tahu kenapa ?” tanya Bob, jarinya terus saja bergerak sepanjang alur vagina Reni.


Aku tegang. Jangan-jangan mereka akan membongkar rahasiaku.


“Sebetulnya, yang punya ide semua ini adalah Mr X,” kata Bob.


Aku lega mendengarnya.


“Siapa itu Mr X ?” tanya Reni.


“Kamu kenal dia. Dia pernah disakiti suamimu. Jadi, dia membalasnya pada istrinya,” jelas Bob.


“Tapi Mr X tak mau kamu mengetahui siapa dia. Itu sebabnya tiap dia muncul, matamu ditutup.” lanjut Bob.


“Sudah, Bos, biar Mbak Reni makan dulu. Dia pasti lapar habis kerja keras,” sela Ben.


“Maaf
ya Mbak Reni. Kami nggak punya nasi. Yang ada cuma ini,” kata Ben
sambil menyodorkan piring berisi beberapa potong sosis dan pisang ambon.
Ben lalu mengambilkan sepotong sosis.


“Makan Mbak, dijilat dan dikulum dulu, seperti tadi Mbak mengulum kontol saya,” katanya.


Tangan
Reni terlihat gemetar ketika menerima sepotong sosis itu. Dengan
ragu-ragu ia menjilatinya, mengulumnya lalu mulai memakannya sepotong
demi sepotong. Habis sepotong, Aldo mengupaskan pisang Ambon lalu
didekatkannya dengan penisnya yang mengacung.


“Pilih pisang yang mana, Mbak ?” goda Aldo, “ayo ambil,” lanjutnya.


Reni menggerakan tangannya hendak mengambil pisang namun Aldo menangkap pergelangannya dan memaksa Reni menggenggam penisnya.


“Biar saya suap, Mbak pegang pisang saya saja,” katanya.


“Tangannya lembut banget nih” kata Aldo.


Jaelani
tak mau kalah, ia menarik sebelah tangan Reni dan memaksanya
menggenggam penisnya yang besar. Sementara Reni menghabiskan sedikit
demi sedikit pisang yang disuapkan Aldo. Sepotong pisang itu akhirnya
habis juga. Bibir Reni tampak belepotan. Bob yang sedang merokok
kemudian mencium bibir Reni dengan bernafsu. Reni mengerang-erang dan
akhirnya terbatuk-batuk saat Bob melepaskan ciumannya.


“Sudah…uhukkk… sudah cukup,” kata Reni dengan nafas terengah-engah.


“Eee ini masih banyak. Sekarang kita haus nih, Mbak harus temenin kita minum,” kata Bob.


“Tapi gelasnya kurang ya?” sahut Jaelani sambil merenggangkan paha Reni.


Reni
meronta-ronta tetapi Aldo dan Bob memeganginya. Jaelani membuka sebotol
bir lalu menumpahkan seluruh isinya ke tubuh telanjang Reni hingga
basah.


“Hmmm…ini baru maknyus namanya!” kata Bob sambil mendorong tubuh Reni hingga terbaring telentang di meja.


Reni
terisak-isak, ia merasakan dinginnya bir itu di sekujur tubuhnya, juga
jilatan-jilatan lidah dan tangan-tangan para pria itu yang merangsang
setiap titik di tubuhnya. Bob menyeruput bir yang tertumpah di vagina
gadis itu hingga terdengar bunyi sruput yang rakus.


“Cara baru minum bir, suegerr!!!” sahut Jaelani yang asyik menyeruput bir pada payudara istriku.


Adegan
selanjutnya tak urung membuatku kasihan pada Reni. Mereka membawanya ke
halaman belakang dan memperkosanya di atas rumput secara beramai-ramai.
Sperma mereka bercipratan bukan saja di dalam vagina Reni, tapi juga di
tubuhnya. Begitu usai, mereka membaringkan Reni yang sudah tak sadarkan
diri di atas sofa. Kulihat kondisi Reni sudah betul-betul berantakan,
bekas-bekas cupangan terlihat di kulitnya yang putih terutama di
payudara, leher dan pundaknya, sperma berceceran di hampir seluruh
tubuhnya mulai dari vagina hingga wajahnya, rambut panjangnya pun tidak
luput dari cipratan cairan kental itu. Kami mengangkut tubuh telanjang
Reni ke kamar mandi dan membersihkannya dengan shower lalu memakaikan
kembali pakaiannya. Reni masih belum sadar akibat perkosaan brutal tadi.
Kami menaikkannya ke mobil dan kembali ke ibukota. Sampai di Jakarta,
Reni mulai bangun, terdengar suara melenguh dari mulutnya. Matanya masih
dalam keadaan tertutup karena aku tidak ingin dia melihatku. Bob
mengancamnya agar tidak menceritakan kejadian hari ini pada siapapun
kalau tidak ingin rekaman perkosaan tadi bocor dan mempermalukan dirinya
dan keluarganya. Reni hanya bisa mengangguk dengan terisak-isak. Kami
menurunkannya di depan rumah lalu aku segera tancap gas menjauhi
rumahku.


**************************


Jam sembilan malam


Aku
tiba di rumah dan setelah memarkirkan mobil di garasi aku masuk ke
rumah dan memanggil nama istriku, berpura-pura seolah tidak terjadi
apapun.


“Ren…Renn!!” aku mengeraskan suaraku karena tidak ada yang keluar ataupun membalas sahutanku


“Renn…lu dimana!” panggilku lagi


‘Cklik!” tiba-tiba kamar mandi lantai satu di sebelahku membuka, Reni keluar dari sana.


“Iya
Mas, sori saya sakit perut” katanya, “O ya mas, hari ini gak sempat
masak, tadi di jalan pulang macet banget, jadi beli makanan di luar,
saya panasin sekarang ya Mas”


Kulihat
matanya sembab, tapi ia berusaha tersenyum di depanku. Ketika makan
malam ia lebih diam dari biasanya namun berusaha menanggapi obrolanku.
Kupeluk pinggangnya yang ramping ketika ia sedang mencuci piring sehabis
makan dan kubisikkan kata-kata mesra di telinganya. Biasanya aksi ini
berlanjut hingga ke hubungan intim baik kilat maupun long time. Namun
kali ini ia menepisnya.


“Jangan Mas, jangan hari ini, saya cape, tolong ya…please!” katanya dengan tatapan memohon.


Akupun mengerti karena tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kupeluk dia dengan mesra dan kucium keningnya


“I love you honey!” ucapku dekat telinganya


“Sori
banget Ren, lu emang istri yang baik, ga mau orang lain ikut cemas dan
susah, gua janji ini ga akan terjadi lagi” kataku dalam hati sambil
mempererat pelukanku