Senin, 30 Juli 2012

cerita hot- Demi Hidup Aku Rela Jadi Pemuas Nafsu








































abg belahan dada montok 12l.jpg






Cerita Seks ABG - Rahma
(nama samaran) gadis yang malang penuh dengan siksaan dan paksaan orang
tua, yang akhirnya terjun kedunia hitam jadi bulan-bulanan nafsu sex
para lelaki hidung belang. Rahmah tidak tahu kemana lagi mengadukan
nasipnya, hanya di benaknya bagaimana bisa makan dan tidur. Ramah
coba-coba ingin merubah nasip menjual diri di café-café dengan. Hal ini
Ramah menceritakan kisahnya pada penulis.

Di suatu malam yang sangat dingin, hujan grimis mengguyur tubuh penulis
yang saat itu melintas di ruas Jalan Marelan tiba-tiba tidak di sengaja
terlihat seorang gadis yang menggunakan gaun tembus pandang. Tubuhnya
yang mungil dan cantik di terpa angin yang kencang. Sekali-sekali
dirinya menggigil menahan dinginnya cuaca malam itu. Penulis yang masih
terus penasaran melihat tindakan gadis tersebut. Terlintas juga dalam
benak penulis “gadis cantik seperti itu lagi ngapain di muka cafe ?
sementara di dalam café pengunjung sepi ” inilah yang terlintas dalam
benak penulis.


Akhirnya penulis
mencoba memberanikan diri menyapa gadis yang memakai baju warna putih
tembus pandang. “Hai… lagi ngapain mbak ? dia mejawab dengan ramah ”
ngga ada, cuman nongkorong doang.” Selanjutnya penulis mengenalkan diri
pada gadis cantik tersebut mengaku namanya “Ramah”. Kurang lebih
limabelas menit dimuka café, penulis mengajak gadis itu kedalam café.
Sesampainya dalam café penulis menanyakan “Ramah minum apa ? ”
dijawabnya terserah apa aja bang. Pelayan café juga tiba di muka kami,
yang tidak kalah sexsi dan cantiknya dari Ramah memakai rok mini di atas
lutut. Pelayan café sangat ramah juga genit, sekali-sekali tangannya
suka menggoda dan merabah-rabah paha pengunjung.


Hujan
grimis masih membasahi jalan raya, cuacapun semakin dingin, pengunjung
café sudah kosong, tinggal kami berdua dan dua orang pelayan café, saat
itu jam 1.30 Wibb. Ramah yang dari tadi hanya tertunduk sepertinya butuh
perhatian, sekali-sekali Ramah menebarkan senyum yang menggoda.


Panjang
lebar cerita hujanpun tidak kunjung berhenti, minuman Jus sudah habis,
pemilik café menyhiapkan barang-barangnya untuk tutup. Ramah mulai buka
cerita dengan sifat yang agak malu-malu, sambil mengatakan “bang cafenya
sudah maututup kita cek in yo? ” mendengar ajakan Ramah penulis terdiam
sejenak. Ramah sepertinya tidak habis pikir, kenapa saya tidak mau
menjawabnya. Ramah bertanya lagi ” bang ayo donk…! aku mau cerita lebih
jauh lagi ama abang. Akhirnya aku kabulkan ajakan Ramah karena penuh
dengan harapan akan mendapat cerita dari Ramah.


Akhirnya
kami bergegas mau pergi, pemilik café langsung menegur “abang mau
pulang ? aku jawab ia tante. Nanti sakit, inikan masih hujan…! Aku jawab
“kayaknya hujannya ini lama tante”. Kami pulang tante ? di jawabnya
ia…! Hati-hati di jalan licin bang. Aku jawab lagi ia tante.


Kami
langsung menuju ke arah Simalingkar salah satu café and bar dekat Hotel
Royal Sumatera. Sewaktu dalam perjalanan Ramah memeluk aku sangat
kencang sepertinya takut kehilangan. Dalam perjalan itu aku bertanya
“Ramah kamu cantik, kok maunya kerjaan seperti ini ? ” Jawab Ramah “bang
kalau masih ada kerjaan yang lebih hina dari sini akan kurjakan
walaupun itu pahit. Maksud Ramah gimana ? Ramah juga tidak mau kerja ini
tapi orang tua Ramah sendiri menghancurkan masa depan Ramah.


Ramah
tidak diterima dilingkungan keluarga lagi bang. Kalau kuceritakan
kehidupan aku mungkin satu malam ini belum selesai. Tapi itupun kalau
abang mendesakku nanti ada waktunya bang, Ramah akan ceritakan semuanya
buat abang. Kamipun sampai dalam tujuan, aku kaget Ramah rupanya sudah
dikenal dicafé tersebut. Sesampainya dicafe Ramah langsung didekati
seorang laki-laki separuh baya yang notabenya om-om. Yang pasti aku
tidak tahu persis apa cerita orang itu, hanya melihat Ramah dipeluk
silaki-laki tadi dengan erat sambil mencium bibir Ramah di tengah-tengah
lampu yang samar-samar.


Lanjut
cerita gadis malang itu mulai bergegas mau pergi bersama silaki-laki
yang kehausan nafsu dengan kondisi setengah mabuk. Sebelum pergi Ramah
mendekatiku sambil mengatakan “bang Ramah mau pergi, pokonya besok aku
hubungi abang, ok bang ?” aku mengiyakannya. Ramah langsung pergi
menaiki mobil laki-laki itu untuk meninggalkan café. Akupun tidak
tinggal diam untuk melacak mangsa tulisanku luput sampai disitu.
Kupanggil pelayan café untuk membayar minuman. Tapi lain jawaban pelayan
“bang minumannya sudah dibayar om tadi”. sebelum pergi meninggalkan
café kuberikan tip sama pelayan café yang menemaniku untuk pamitan
pulang.


Sampai dimukan café
kuperhatikan mobil laki-laki itu kemana arahnya. Kuikuti dari belakang
sampai mobil itu belok kesalah satu tempat penginapan yang berkelas di
Simalingkar. Ya…kutinggalkan setelah dapat kepastian mereka menginap di
hotel tersebut.


Sesampainya di
simpang kampus Universitas Sumatera Utara (USU) aku berhenti di satu
café kecil minum (TST) Teh Susu Terlor. Selama satu jam aku di café itu,
tiba-tiba ponselku bunyi dengan nada panggilan. Kuangkat poselku
kulihat nomornya sepertinya tidak aku kenal. Aku sempat kaget tengah
malam kegini siapa lagi yang menghubungiku terlintas dalam benak aku.
Ponsel berbunyi terus kubiarkan sampai tiga kali panggilan baru
kuangkat.


Sangat kaget mendengar
sautan dalam posel itu terdengar suara perempuan baru kukenal. Menjawab
pertanyanku dengan manja sambil mengajak aku untuk menginap. Mendengar
ajakan ini aku tidak percaya bahwa Ramah mau menginap bersamaku,
sementara dianya masih bersama laki-laki barusan 2 jam kutinganggalkan.


Ramah
mengatakan kalau laki-laki tadi tidak bisa menginap sampai pagi, karena
takut ketahuan sama istri dan anaknya. Aku tanya ini no HP siapa ?
Ramah jawab om tadi kupinjam. Kutanya lagi berarti dia masih ada di
ruang kamar ? Ramah menjawab ia, tapi dia udah mau pulang bang, abang
datang ya ? aku tunggu Ramah tidak ada kawan, cepat donk bang. Desakan
ini aku tidak mudah terpengaruh, karena takut ada kejadian yang tidak di
inginkan nanti.


Kurang lebih 30
menit hari hampir pagi jam 4.23 Wibb aku menghubungi Ramah melalui
ponselnya. Ramah mengangkat dengan nada kesal “abang dimana kok ngga
datang ?. cepat donk aku tidak ada kawan nih…!. Akhirinya aku beranikan
diri balik lagi kehotel tersebut. Kuperhatikan mobil silaki-laki
setengah baya yang tadi kutinggalkan di tempat parkir, memang tidak ada.
Aku tanya langsung pejaga hotel, menjawabnya sudah pulang bang, abang
itu tiap menginap di hotel ini sampai jam 3.00 Wib saja bang.


Abang
mau ngapain ? kujawab dengan nada yang ramah dan sopan “aku barusan di
hubungi cewek kawan bapak tadi. belum habis aku ngomong langsung penjaga
itu potong Ramah bang ? katanya, ia bang. Ada di kamar 19, masuk aja
bang, ngga apa-apa itu disini bisa kita jaga kemanan. Ok bang
terimakasih yang bang, aku balik jawab. Langsung menuju kekamar no 19
kuketuk pintu kamar langsung di buka gadis seorang diri dengan
mengenakan gaun tidur tembus pandang. Sepertinya Ramah tidak memakai BH
als pembalut buah dada, hanya segi tiga transparan yang nampak. Mulai
dari ujung rambut kuperhatikan sampai ujung kuku serta seisi dalam kamar
itu sebulum masuk. Diperselakan masuk sambil menarik tanganku kedalam,
“kok takut-takut masuk donk bang, ngga apa-apa kok”. Tanggan Ramah yang
nakal hampir membuat aku jadi tidak terkontrol.


Ramah
memang cantik, putih dan seksi tidak di temui satupun bekas luka
ditubunya. Tangannya yang mulus, lembutnya belain penuh dengan rasa
sayang. aku tertunduk sejenak di pinggir tempat tidur sambil mengisap
rokok Sampoerna, sementara Ramah tidur dipagkuan aku sambil memeluk
pinggangku. Rokok sudah habis aku ambilkan tas kecilku yang di dalamnya
ada alat perekam suara, langsung kuhidupkan. Ramah memang nakal, mau
tahu aja apa isi dalam tas aku. Dia mengambilnya dan mengeluarkan tipe
rekamannya, memutar balik isi kaset. Baru Ramah tahu mulai dari perteman
tadi dianya ngomong aku rekam. Saat itu juga gadis yang seksi, manja
mencubitku dengan kesal. “abang kok tega kali merekam suara Ramah, untuk
apa bang ?, abang wartawan ya ? jahat abang, aku ngga mau lagi cerita
ama abang. Rupanya abang wartawan pantasan abang mulai dari tadi
ngebutkali mendengar kisah Ramah kenapa terjuan kedunia malam”.


Ramah
yang dari tadi nakal, kontan langsung terdiam dan membelakangi aku.
Sementara radio rekamannya dia pegang, aku minta dia ngga kasih. Bahkan
dia mengatakan “abang puas ya menanyai Ramah hanya untuk kesenangan
abang, malunya untuk ramah, berarti abang ikut donk menghancurkan Ramah
dan mempermalukan ramah di muka umum”.


Aku
berusaha meyakininya dengan rasa sayang, kukecup pipinya yang
menandakan aku bukan untuk mempermalukannya. Tapi aku ingin mengangkat
kisahnya untuk membantu sakit hati Ramah yang selama ini dipendam
seperti bara yang sangat merah dan panas. Ramah kupeluk, kusayang,
akhirnya Ramah mengalah memberikan rekamannya.


Ramah
yang marah akhirnya bisaku redahkan kemarahannya. Sampai setengah jam
Ramah tidak mau cakap, Ramah diam dengan posisi tengkurap di atas tempat
tidur yang empuk tanpa menghiraukan aku. Aku termenung sejenak
memikirkan cara apa lagi kubuat untuk mengajak Ramah ceritakan kisahnya.
Dengan ide yang cemermalang terlintas di benakku untuk merayu dengan
posisi yang sama. Akhirnya pertahaan Ramah kandas juga, Ramah
membalikkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap aku. Dia senyum
sambil memelukku sambil bertanya. Apasih gunanya abang muat di koran
kisah Ramah ? abang jahat kali ya ? apa memang wartawan seperti itu ?
sukanya memberitakan kesusahan orang lain. Aku jawab dengan nada yang
ramah serta menebar senyuman yang memikat hati Ramah agar ianya dapat
yakin dan percaya.


Ramah yang manja
dan seksi akhirnya luluh tersenyum dengan iklas meceritakan kisah
hidupnya sampai terjun ke dunia hitam untuk memuaskan nafsu lelaki
hidung belang.


Ramah bercerita
pajang lebar tentang kisah hidupnya pada penulis pada pukul 4.30 Wib
sampai pukul 7.30 pagi. Berawal dari ceritanya gadis cantik ini sangat
lugu takut dengan laki-laki, bahkan banyak sekali kawan-kawan Ramah yang
mengejeknya kampungan. Tapi itu semua tidak pernah dia masukkan dalam
hati hanya dianggapnya sebatas kuping saja. Waktu itu Ramah masih duduk
di bangku SMA Swasta kelas dua di Medan. Dengan keluguan Ramah banyak
sekali para lelaki satu lokalnya menaruh hati sama aku. lain orang lain
tingkah lakunya beratus teori yang di buat cowok-cowok keren yang
mendekatinya, yang namanya cinta belum juga ada di benaknya. Suatu waktu
yang tidak di sangka Ramah ketemu dengan seorang pemuda yang baik hati
ianya Roni (nama samarannya) berhasil memikat hati Ramah.


Penuh
dengan rayuan dan kemesrahan yang berjalan cukup lumayan sampai
kejenjang penikahan. Awal dari kesukaan Ramah pada Roni penuh dengan
kejujuran dan kebaikannya di mata Ramah membuatnya tergila-gila dengan
Roni. Saat yang di nanti-nantikan Roni mulai berani bercanda mengajak
Ramah jalan-jalan ke salahsatu tepat perbelanjaan. Ajak ini tidak
disangkah Roni kalau ramah langsung menyetujuinya. Perjalananpun
dilanjutkan kesebuah plaza dengan mesra Roni memberanikan dirimemegang
jari tangan Ramah yang lembut dan halus.


Sentuhan
itu membuat hati Ramah berdebar-debar seperti baru terkena strum
listrik. Padahal menurutnya banyak cowok yang jahil menyentuh tangannya,
satupun belum pernah ia rasakan detak jantung seperti ini. Ramah
membalas sentuhan tangan Roni sampai pada gemgaman yang gemas sama-sama
dilakukan. Roni menarik tangan Ramah sambil mengecup kulit tangan Ramah
yang halus penuh dengan arti dan kasih sayang yang tidak bisa
dituturkan.


Sesampai plaza Ramah
mengajak Roni keliling-keling di dalam plaza. Aku mulai sudah lelah Roni
juga kelelahan. Aku kasihan melihat Roni aku ajak dia pulang kerumahku,
sesampainya kami dirumah ternyata kedua orang tuaku bekum juga pulang
kerja, yang ada adik aku barung pulang sekolah. Kami melanjutkan
ngobrolnya di ruang tamu sambil nonton TV Flim Sinetron yang di bintangi
Rano Karno sema menjalin cinta remaja di bangku sekolah. Waktu sudah
menunjukkan pukul 16.00 Wibb Roni dengan sopan berpamitan sama aku.
Dengan kesopanan Roni juga membuat aku terus bertambah sayang dan cinta
sama dia.


Tanpa kami sadari Tiga
bulan sudah berjalan hubungan aku dengan Roni. Hubungan baik itu melalui
telepon atau ketemu disekolah terus berlanjut. Roni sudah mengenalkan
aku pada orang tuanya, dan aku sudah mengenalkan Roni pada kedua orang
tuaku. Semula kedua orang tuaku tidak pernah mempersoalkan hubunganku
dengan Roni sampai kami naik kelas tiga. Sewaktu hari libur kawan-kawan
aku mengajak rekreasi dipantai kasan.


Roni
menyetujuinya, aku senang karena Roni mau ikut bersama-sama. Kami
berangkat tiga pasangan yang semuanya pacaran, ongkos kami kumpul-kumpul
bersama. Tiba waktunya aku pun menunggu angkot berjanji jumpa di sipang
Amplas. Pukul 9.30 wibb sudah kumpul semuanya, langsung menaiki mobil
bersama-sama kepemandian. Sesampainya di sana masing-masing pasangan
berpencar menyewa gubuk yang ada dipinggir pantai. Roni masih malu-malu
untuk menyewa gubuk buat kami berdua yang di luar. Dia menatapku dengan
penuh kasih sayang aku mengkedipkan mata agar Roni berani menyewakan
gubuk buat kami. Akhirnya Roni mengajak aku menyewa gubuk pas dipinggir
pantai. Cuaca mulai mendung kami ganti baju untuk sama-sama berenang.
Satu jam penuh berenang perut mulai mulas dan terasa nyeri menahankan
lapar. Setenga jam kemudian kami dengan bersama-sama berhenti mandi
untuk makan di tepi pantai Kasan.


Mandi
sudah, makanpun sudah tinggal istrihat dulu baru nunggu sore baru mandi
lagi siap mandi baru pulang. Kebetulan siap makan hujan grimis pun
tiba, kami sangat khawatir kalau pantai ini akan meluap nantinya. Tapi
kekawatiran ini hilang begitu saja sesaat aku berdua dengan Roni di
dalam gubuk. Hujan makin lebat, Roni menutup pintu gubuk, suasana makin
dingin Roni menatapku dengan lembut. Saat aku menggeser posisi dudukku
Roni menarik tanganku, sambil merangkul bahuku. Aku terkejut dengan
napas yang agak kencang, jantungku berdebar-debar ada rasa benci dan
suka. Roni tidak menghintakan jemarinya di bahuku, tangannya mulai
menjulur ke pinggangku meletakkan tangannya di atas pahaku yang di balut
dengan celana renangku yang basah kuyup.


Roni
mencium leherku dan kupingku, aku meronta dengan kecil sambil
mengatakan jangan bang, nanti kalau kita sudah kawinkan abang bisa
melakukannya. Roni tidak mendengar keluhanku bahkan ia merayuku dengan
kata-kata dan gombalan sambil mengatakan “aku mau bertanggung jawab
untuk mengawinimu, aku sumpah demi tuhan” kebetulan Roni beragama Islam
aku keristen. Kutanya roni lagi apa orang tua abang mau menerimaku ” dia
jawab aku sudah bilang sama orang tuaku mereka setujuh, terserah
pilihan aku ” akhirnya pertahananku kandaslah sudah. Aku pasra Roni
menciumi aku mulai dari ujung rambut sampai kakiku, dengan penuh rasa
sayang dan menikmati keindahan tubuhku.


Aku
tidak tahan perlakuan Roni, membuat aku macam cacing kepanasan sambil
membalas cubuan Roni. Melihat perlawanku Roni semakin semangat sambil
berusaha membuka baju dan celana renangku, dengan sekejap baju dan
celanaku sudah lepas dari tubuhku. Tubuhku yang putih mulus hanya di
balut segi tiga dan BH. Melihat kemontokan tubuhku Roni sempat
terpelongo sejenak melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya
secara langsung selain dengan menonton fliim biru.


Dengan
secepat kilat Roni melepaskan seluruh pakaiannya yang melekat di
tubuhnya. Aku terkejut dan malu melihat Roni telanjang bulat di
hadapanku, dadanya yang kekar ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku teringat
kata-kata kawan aku, kalau ada bulu tubuh di dada pria nafsunya tinggi,
mengingat ini akau gemetar. Tanpa di komandoi tangan Roni yang lincah
membuat aku kehilangan konstrasi. Aku gelagapan menyeimbangi jamahan dan
ciuman yang di lakukan Roni samaku.


Aku
hampir lemas dengan cumbuan Roni yang membuatku tidak sadar diri sumua
pembalut tubuhku telepas sudah seperti anak yang baru dilahirkan tanpa
sehelai benangpun yang menghalanginya. Roni mulai meningkatkan
serangannya maaf pembaca “dengan menjilat milikku yang paling berharga”.
Aku tidak tahu apa lagi yang dilakukan Roni yang jelas membuat aku
menggelinjang-gelinjang.


Roni
menindihku sambil membuat ancang-ancang diatas tubuhku sambil
mengarahkan basokanya sambil menciumi leherku dan telingaku. Saat tubuh
Roni peling bawah menekan milikku terasa nyeri dan sakit. Mendengar
jeritanku Roni merasa kasihan dan menghentikan aksinya sebentar. Sambil
mempermainkan buah kembar milikku, selang beberapa minit Roni mengulangi
aksinya sambil menekan dengan pelan-pelan, tapi sangat luar biasa
sakitnya. Aku baru kali itu di cium laki-laki, apalagi untuk di gitui.


Roni
mulai tidak sabar menikmati milikku, akhirnya dia menekannya dengan
keras, aku menjerit kesakitan. Roni berhasil membongkar pintu milikku
yang kian lama kujaga, Roni tidak bergerak dia membiarkan miliknya
didalam miliku. Sekali-sekali Roni mengangkat tubuhnya dengan lembut,
aku mulai merasakan nikmat bercampur sakit kurang lebih lima belas menit
Roni mengerang dan terkulai lemas di sampingku.


Aku
memaki diriku sambil menangis, kenapa aku segampang itu mengikuti
godaan setan yang menimpahku. Aku mau duduk terasa sakit di
selangkanganku, Roni kulihat dengan senyum sambil memeluk aku. dia
meyakinkan aku bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakanku sampai kapanpun
dia tetap bertanggungjawab katanya padaku. Dengan kata-kata bang Roni
membuat aku tidak ada apa-apanya dimuka dia aku tertunduk dan patuh pada
perintahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar