Jumat, 29 Juni 2012

Pesta Seks di Villa Customerku - Bag.1






Jumat berikutnya setelah training, mas Hide menelponku mengatakan bahwa proposal kedua sudah siap. “Terus mau ditandatangani dimana mas?” Tanyaku, karena aku tau pasti dia minta bonusnya juga. “Kita ke villa saja ya, kamu bawa daleman yang seksi beberapa ya”, jawabnya. “Nanti sabtu pagi aku jemput kamu”. Sabtu paginya aku sudah siap2 membawa beberapa daleman yang seksi dan mengenakan pakaian yang seksi juga. Aku memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toketku ngintip dari belahan tank topku yang rendah.

Dalemannya sengaja aku pake yang bentuk bikini yang hanya ditalikan, supaya dia cepat kalau mau melepaskannya. “Wow, seksi sekali kamu Nes, belum apa2 aku sudah mulai ngaceng nih”, katanya ketika aku masuk kemobil dan duduk disebelahnya. Akhirnya mobil pun meluncur ke arah luar kota. “Vilanya jauh mas?” tanyaku. ”Kenapa, udah nggak sabar ya pengen dikerjain. Nggak jauh kok paling sejam sudah nyampe”, jawabnya menggodaku. Sepanjang perjalanan aku ngobrol saja dengan dia. 



Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tangannya mengelus pahaku. “Yang udah gak tahan Ines atau mas”, godaku sambil membiarkan tangannya mengelus2 pahaku. Rabaannya semakin lama membuatku semakin napsu. Kubuka pahaku agak lebar. Melihat aku mengangkangkan pahaku, tanggannya bergerak ke atas ke selangkanganku. Jari2nya mulai mengelus belahan mem*kku dari luar. Wow rasanya, aku sudah gak sabar lagi untuk dient*t. CDku langsung menjadi lembab karena cairan mem*kku membanjir. “Mas”, kataku, “Ines udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Nes, aku juga sudah napsu, sebentar lagi sampe kok”.

Kami memasuki gerbang vilanya. vilanya tidak terlalu besar, sebuah vila yang sangat asri. Halamannya lumayan luas mengelilingi bangunan vila model country, sehari-hari hanya dijaga oleh sepasang suami istri usia setengah baya. Rupanya mereka tidak terkejut oleh kehadiran ku, mungkin dia sebelumnya sudah biasa mengajak perempuan lain ke vila ini, sehingga pasangan suami istri ini tidak begitu peduli dengan siapa diriku. Istri penjaga vila itu tidak membutuhkan waktu lama untuk menyajikan kopi dan teh dalam teko, sementara suaminya di luar sana sedang sibuk mencuci mobil, mungkin tugas ini sudah rutin dilakukannya saat mas Hide datang berkunjung ke vilanya. Tak lama kemudian si istri kembali masuk ke dalam ruangan dimana kami duduk sambil membawa kacang, singkong dan jagung rebus. Seselesainya si bapak membersihkan mobil, mereka pamitan. Rupanya mereka tau bahwa mas Hide tak ingin diganggu selama bersamaku.

Setelah beristirahat sejenak mas Hide mengajakku melihat2 vilanya. Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam.”Mau berenang?” tanyanya. “Yuk”, jawabku. “Aku pake daleman bikini kok”. “Gak pake apa2 lebih baik” katanya tersenyum. Aku langsung saja melepas tanktopku, kemudian kulepas celana ketatku. Pakaian kuletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Dia melotot memandangi tubuhku yang hanya berbalut daleman bik***** Karena CDku mini, jembutku yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDku. Segera aku mencebur ke kolam, sementara dia membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kont*lnya kelihatan besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDnya. Kemudian dia pun nyebur ke kolam, menghampiriku dan memelukku.

Bibirku diciumnya, lidah kami saling berbelit. Tangannya mulai menarik ikatan braku sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketku sambil memlintir pentilnya. Segera pentilku menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Nes,pentilnya gede.”, katanya. Aku diam saja sambil menikmati remasan tangannya.kont*lnya yang keras menekan perutku. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, kataku. “Kita ke dipan yuk” Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera aku keluar kolam membawa braku yang sudah dilepas. Aku telentang didipan, menunggu dia yang juga sudah keluar dari kolam.

Dia berbaring disebelahku, bibirku kembali diciumnya dengan penuh napsu dan tangannya kembali meremas2 toketku sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas..” pintaku sambil menyorongkan toketku itu ke wajahnya. Langsung toketku disepnya dengan penuh napsu. Pentilku dijilatinya.”Ohh.. Sstt..” erangku keenakan. Jarinya mulai mengelus jembutku yg nongol keluar dari CDku, kemudian disusupkannya ke dalam CD-ku. Jarinya langsung menyentuh belahan bibir mem*kku dan digesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekannya selalu berakhir di itilku sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. mem*kku langsung berlendir, rasanya lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam mem*kku. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahku sambil menekan tangannya yang satunya untuk terus meremas-remas toketku. Aku sungguh sudah tidak tahan lagi, “Mas, Ines udah gak tahan nih”. Tali ikatan CD-ku di kiri dan kanan pinggang digigit dan ditarik dengan giginya sehingga terlepas.

Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutku yang lebat. Dia kembali meraba dan mengelus mem*kku. Dia menyelipkan jarinya ke belahan mem*kku yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam mem*kkku. “Mas..! Aduuh! Ines sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintaku. Bukannya langsung memenuhi permintaanku malah jarinya beralih menggosok-gosok itilku. “Aduuh! mas..nakal!” seruku. Aku pun semakin tidak karuan, kuremas kont*lnya yang sudah keras sekali dari luar CD nya. Toketku yang sudah keras sekali terus saja diremas2, demikian juga pentilku. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengekku lagi.

Kemudian dimasukkannya jarinya ke dalam mem*kku yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jarinya menyeruak masuk ke dalam mem*kku. Aku belum pernah hamil apa lagi melahirkan, jadi sebenarnya mem*kku pun masih sempit sekali, namun dalam kondisi basah seperti ini, mem*kku menjadi mudah dimasuki jarinya. mem*kku langsung dikorek2, dindingnya digaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang mem*kku dimainkannya dengan ujung jarinya hingga badanku tiba-tiba menggigil keras dan kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti permainan ujung jarinya. Dia menelungkup diselangkanganku dan mulutnya langsung mengulum bibir mem*kku. Cairan yang membasahi sekitar selangkanganku dijilatinya dan setelah bersih bibirnya kembali mengulum bibir mem*kku.

Kemudian giliran itilku mendapat giliran dikulum dan dilumat dengan mulutnya. Jari tangannya kembali menyeruak masuk ke dalam mem*kku, aku benar-benar hampir pingsan dibuatnya. Tubuhku kembali terguncang hebat, kakiku jadi lemas semua, otot-otot perutku jadi kejang dan akhirnya aku nyampe, cairan mem*kku yang banjir ditampung dengan mulutnya dan tanpa sedikit pun merasa jijik ditelan semuanya. Aku menghela napas panjang, dia masih dengan lahapnya melumat mem*kku sampai akhirnya selangkanganku benar-benar bersih kembali. mem*kku terus diusap2nya, demikian juga itilku sehingga napsuku bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahku. “Ayo dong Mas.. Ines udah nggak tahan”. tetapi dia masih tetap saja menjilati dan menghisap itillku sambil meremas2 toket dan pentilku.

Dia melepaskan CDnya, kont*lnya yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Aku dinaikinya dan segera dia mengarahkan kont*lnya ke mem*kku. Perlahan dimasukkannya kepala kont*lnya. “Enak Mas..” kataku dan dia sedikit demi sedikit meneroboskan kont*lnya ke mem*kku yang sempit. mem*kku terasa sesek karena kemasukan kont*l besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kont*lnya mulai dienjot keluar masuk. “Terus Mas.. kont*lnya enak” erangku keenakan. Dia terus mengenjot mem*kku sambil menyorongkan dadanya ke mulutku. Pentilnya kuhisap. Belum berapa lama dienjot, dia mengajak tukar posisi. Sekarang aku yang diatas Kuarahkan mem*kku ke kont*lnya yang tegak menantang. Dengan liar aku kemudian mengenjot tubuhku naik turun. Toketku yang montok bergoyang mengikuti enjotan badanku. Dia meremas toketku dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kont*lnya besar, keras banget..”, aku terus menggelinjang diatas tubuhnya. “Enak Nes?’ tanyanya. “Enak Mas.. ent*tin Ines terus Mas..” Dia memegang pinggangku yang ramping dan menyodokkan kont*lnya dari bawah dengan cepat. Aku mengerang saking nikmatnya. Keringatku menetes membasahi tubuhnya.

Akhirnya, “Ines nyampe Mas” jeritku saat tubuhku menegang merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah itu tubuhku lunglai menimpa tubuhnya. Dia mengusap-usap rambutku sambil mencium bibirku. Setelah beberapa saat, kont*lnya yang masih ngaceng dicabut dari dari mem*kku. Aku ditelentangkannya, dan dia naik ke atasku. Kembali mem*kku dijilatinya. Kedua lututku didorongkannya sedikit ke atas sehingga bukit mem*k ku lebih menungging menghadap ke atas, pahaku lebih dikangkangkannya lagi, dan lidahnya dijulurkan menyapu celah-celah mem*kku. Lidahnya dijulurkan dan digesekkan naik turun diujung itil ku. Aku hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas- remas kont*lnya dengan penuh nafsu. Cairan lendir yang keluar kembali dari mem*kku dengan lahap dihisapnya. Bibirnya terus mencium dan melumat habis bibir mem*kku. Dapat kurasakan hisapan mulutnya yang kuat menghisap mem*kku, lidahnya menjulur masuk ke dalam mem*kku dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya. Saking dalamnya mulutnya menekan mem*kku, hidungnya yang mancung menempel dan menekan itilku.

Aku kembali merasakan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajahnya dengan sengaja digeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidungnya tetap menempel di itilku dan bibirnya tetap mengulum bibir mem*kku sambil lidahnya terus mengorek mem*k ku. Aku tak kuasa membendung napsuku. “Oocch!Mas.. Teruu.. Uus! Aku nyampe lagi mas”, suaraku semakin parau saja. Kugoyangkan pantatku mengikuti irama gesekan wajahnya yang terbenam di selangkanganku. Kujepit kepalanya dengan pahaku, badanku menggigil hebat bagaikan orang kejang. Aku menarik nafas panjang sekali, semua cairan mem*kku dihisap dan ditelannya dengan rakus sekali hingga habis semua cairan yang ada di sekitar mem*kku.Dia tetap dengan asyiknya menjilati mem*kku. Kemudian jilatannya naik ke atas, ke arah perutku. Lidahnya bermain-main di pusarku, sambil tangannya langsung meraba dan meremas kedua toketku, jilatannya juga semakin naik menuju toketku.

Jengkal demi jengkal jilatannya semakin naik. Mulutnya sudah sampai ke dadaku. Kini giliran toketku dijilatinya, mulutnya seakan ingin menelan habis toketku, lidahnya kini menari-nari di ujung pentil ku. Jari tangan kanannya meraba-raba selangkanganku, menggesek- gesek itilku hingga mem*kku basah lagi, nafsuku naik kembali. Sementara tangan kirinya tetap meremas toketku dan tangan kanannya tetap bergerilya di mem*kku, bibirnya kini mencium dan melumat bibirku. Kubalas lumatan bibirnya dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Dia menghisap lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula.

Kini dia membetulkan posisinya sehingga berada di atasku, kont*l nya sudah mengarah ke hadapan mem*kku. Aku merasakan sentuhan ujung kont*lnya di mem*kku, kepala kont*l nya terasa keras sekali. Dengan sekali dorongan, kepala kont*lnya langsung menusuk mem*kku. Ditekannya sedikit kuat sehingga kepala kont*l nya terbenam ke dalam mem*kku. Walau kont*l nya belum masuk semua, aku merasakan getaran-getaran yang membuat otot mem*kku berdenyut, cairan yang membasahi mem*kku membuat kont*lnya yang besar mudah sekali masuk ke dalam mem*kku hingga dengan sekali dorongan lagi maka kont*lnya masuk kedalam sarangnya, blee.. ess.. Begitu merasa kont*lnya sudah memasuki mem*k ku, kubalik badannya sehingga kembali aku berada di atas tubuhnya, kududuki batang kont*l nya yang cukup panjang itu.

Kugoyangkan pantatku dan kuputar-putarkan, kukocok naik turun hingga kont*lnya keluar masuk mem*kku, dia meremas- remas kedua toketku. Lebih nikmat rasanya ngent*t dengan posisi aku diatas karena aku bisa mengarahkan gesekan kont*l besarnya ke seluruh bagian mem*kku termasuk itilku. Kini giliran nya yang tidak tahan lagi dengan permainanku, ini dapat kulihat dari gelengan kepalanya menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan ngecret. Dan ternyata benar juga, dia memberikan aba-aba padaku bahwa dia akan ngecret. “Kita nyampe sama-sama..mas”, rintihku sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatku. “Aa.. Aacch!” Akupun nyampe lagi, kali ini secara bersamaan dengan dia, bibir mem*kku berkedutan hingga meremas kont*lnya. Pejunya dan lendir mem*kku bercampur menjadi satu membanjiri mem*kku. Karena posisiku berada diatas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui kont*lnya sehingga membasahi selangkanganku, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi. Kami berdua akhirnya terkulai lemas di dipan.

Posisiku tengkurap di sampingnya yang terkulai telentang memandang rimbunnya dedaunan. “Mas, pinter banget sih ngerangsang Ines sampe berkali2 nyampe, udah gitu kont*l mas kalo udah masuk terasa sekali gesekannya, abis gede banget sih”, kataku. “mem*kmu juga nikmat sekali Nes, peret banget deh, kerasa sekali cengkeramannya ke kont*lku”, jawabnya sambil memelukku. Kami berdua sempat tertidur cukup lama karena kelelahan dan tiupan angin sejuk sepoi2. Ketika terbangun, kami masuk ke vila karena dia mengajakku mandi. ”Kita mandi sama-sama yuk!” ajaknya, “Badanku lengket karena keringat”. Kami masuk ke vila menuju ke kamar mandi beriringan sambil berpelukan, bertelanjang bulat.

Kamar mandinya tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan dia saling berganSantin menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan berganSantin, saling raba, saling remas, bibir kami saling pagut bergantian. 

Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku yang kusambut dengan hisapan, dan secara berganSantin pula kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Diapun menyambutnya dengan lumatan. Rabaan tangannya berpindah ke toketku. Diremas-remasnya toketku yang mulai mengencang lagi pertanda napsuku bangkit lagi. Tanganku pun tidak mau kalah, kuraih kont*lnya yang kembali sudah berdiri tegak dan kukocok-kocok lembut dengan jariku. Ujung kont*lnya sesekali menyenggol bagian depan pangkal pahaku. Luar biasa staminanya, barusan selesai ngecret di mem*kku sudah ngaceng lagi. “Betul kan, kalo cewek jembutnya lebat pasti napsunya besar, kaya kamu ya Nes”, katanya. Kuarahkan kont*lnya ke belahan bibir mem*kku. Dengan menggunakan tanganku, kugesek- gesekkan ujung kont*lnya ke belahan bibir mem*kku. Kutempelkan ujung kont*lnya ke ujung itilku dan kugesek-gesekkan naik turun. Kini mem*kku kembali mengeluarkan cairan bening.Lalu dia mematikan shower sambil duduk di samping bathtub. Aku dipangkunya dengan posisi memunggunginya.kont*lnya yang sudah ngaceng keras kembali dimasukkannya ke dalam mem*kku dalam posisi seperti itu. Karena kondisi bathtub yang sempit mengharuskan posisiku merapatkan pahaku, maka mem*kku menjadi kian sempit saja.

Awalnya agak sulit juga kont*lnya masuk kedalam mem*kku. Tetapi dengan sedikit bersusah payah akhirnya ujung kont*lnya berhasil menyeruak ke dalam mem*kku yang kubantu dengan sedikit menekan badanku kebawah, dan kuangkat kembali pantatku hingga lama kelamaan akhirnya berhasil juga kont*lnya amblas semua ke dalam mem*kku. Dengan posisi begini membuatku harus aktif mengocok kont*lnya seperti di kolam renang tadi dengan cara mengangkat dan menurunkan kembali pantatku, sehingga mem*kku bisa meremas dan mengocok-ngocok kont*lnya. kont*lnya terasa sekali menggesek-gesek dinding bagian dalam mem*kku. Saat aku duduk terlalu ke bawah, kont*lnya terasa sekali menusuk keras mem*kku, nikmat yang kurasakan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi. mem*kku semakin lama semakin basah sehingga keberadaan kont*lnya dalam mem*kku sudah tidak sesesak tadi. Kini aku pun sudah tidak kuat lagi menahan napsuku. Aku tidak mampu lagi mengangkat dan menurunkan pantatku seperti tadi, kini aku hanya bisa terduduk dalam posisi kont*lnya masih tertancap di dalam mem*kku.

Cerita Seks - Kugoyang-goyangkan saja pantatku sambil duduk di pangkuannya, persis seperti layaknya Inul menggoyangkan pinggul dan pantatnya, ngebor diatas panggung saat menyanyi. Kedua tangannya sedari tadi asyik meremas kedua toketku. Pentilku dicubit dan dipilin-pilinnya sehingga menimbulkan sensasi tersendiri bagiku. Dia rupanya tidak mampu bertahan lama merasakan goyang ngebor gaya Inul yang kulakukan. “Aduuh..! Nes, hebat banget empotan mem*k kamu! Aku hampir ngecret nich!” serunya sambil tetap memilin pentilku. “Kita keluarin sama-sama yuk!” sahutku sambil mempercepat goyanganku. Dia rupanya sudah benar- benar tidak mampu bertahan ebih lama lagi hingga didorongnya aku sedikit ke depan sambil dia berdiri, sehingga posisiku menungging membelakanginya, tetapi kont*lnya masih menancap di dalam mem*kku. Dia berdiri sambil mengambil alih permainan, dia mengocok-ngocokkan kont*lnya keluar masuk mem*kku dalam posisi doggy style. “Aa.. Aacch!” kini giliranku yang menyeracau tidak karuan. Aku merasakan kedutan-kedutan di dalam mem*kku, terasa sekali semburan hangat yang menerpa dinding mem*kku, pejunya rupanya langsung muncrat keluar memenuhi mem*kku.

Bersamaan dengan itu, aku pun mengalami hal yang serupa, kurasakan kedutan mem*kku berkali- kali saat aku nyampe. Kami nyampe dalam waktu hampir bersamaan hingga mem*kku kembali penuh dengan cairan birahi kami berdua, saking penuhnya sehingga tidak tertampung seluruhnya. Cairan kami yang telah tercampur itu, meleleh keluar melalui celah mem*kku dan merembes keluar hingga membasahi perutku karena posisiku masih setengah menungging saat itu. Kami pun melanjutkan mandi bersama-sama bagaikan sepasang pengantin baru. Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan handuk, dengan bertelanjang bulat kami menuju ke ruang makan. Tiba2 hpnya berbunyi, dia ke teras sambil menerima panggilan telpon. Tidak lama kemudian dia kembali, dia mengeluarkan buah2an dari lemari es dan berkata “Aku harus kembali Nes, proposalnya sudah siap tapi mesti diambil, mungkin agak lama. Kamu makan buah2an ini dulu ya, nanti aku belikan makanan”. “aku mau tidur saja, cape dienjot terus sama mas”, kataku. “Tapi enakkan?” katanya lagi sambil mengenakan pakaiannya. “Enak banget mas, Ines masih mau lagi lo mas”, jawabku sambil mulai mengupas buah. “So pasti, kita kesini kan untuk ngent*t sampe loyo. Aku pergi dulu ya”, sambil mencium pipiku. “Hati2 ya mas, Ines nungguin lo”. Seperginya, aku berbaring sambil memakan buah2an yang telah kukupas. Aku makan beberapa potong sehingga akhirnya aku merasa kenyang dan mengantuk lagi. Aku berbaring di sofa dan akhirnya tertidur.

Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tiba2 aku terbangun karena merasa toketku ada yang mengelus2. Aku terbangun dan terkejut melihat pak Mat, penjaga vila itu sedang duduk disebelahku dan sedang mengelus2 toketku. “Pak, mau apa?” kataku marah. “Mau ngent*t sama non”, jawabnya sambil cengengesan. “Tadi bapak ngintip non dient*t pak Hide di kolam renang, sampe bapak napsu banget. Ketika bapak liat pak Hide pergi, makanya bapak gak tahan lagi pengen ngent*t juga sama non. Mau ya non”. Pak Mat lalu meremas2 toket dengan napsunya. Aku hanya bisa diam dan bengong. Karena aku terdiam dia terus saja meremas toketku, malah sambil memlintir2 pentilku, perlahan pentilku mulai mengeras. Aku memandangi wajah tuanya, masih tersisa kegagahannya di waktu muda. “Non, toket non besar juga yah…, enak nggak diginiin?’ sambil tangannya terus meremas-remas toketku. “Pak, aah”, napsuku makin meninggi. Heran juga aku kok mau saja diremas2 sama penjaga vila yang sudah tua itu. Sambil toketku diremasnya terus, dia menjilati seluruh tubuhku, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dijilatinya pula toketku, disedotnya pentilku sampai aku gemetar saking napsunya. Kakiku dan kedua pahaku yg mulus itu dibukanya sambil dielus2 dengan satu tangan masih meremas toketku.

Setelah itu mem*kku dijilatin dengan lidahnya yg kasar.Rasanya nggak keruan. Bukan hanya bibir mem*kku aja yg dijilatinnya, tapi lidahnya juga masuk ke mem*kku, aku jadi menggelinjang nggak terkontrol, wajahku memerah sambil terdongak keatas. Melihat napsuku sudah naik, dia melepas seluruh pakaian dan celananya. Aku diam aja sambil memperhatikan dengan seksama. Badannya yang kehitaman masih nampak tegap berotot, dan kont*lnya yang besar sekali sudah ngaceng dengan keras. Ya ampun aku hampir tak dapat memegangnya dengan kedua tanganku. kont*lnya lebih besar dari kont*l mas Hide. “Dikocok non”, pintanya, aku nurut saja dan mengocok kont*lnya dengan gemas, makin lama makin besar dan panjang. “Non diemut dong”, katanya keenakan. Ngelunjak juga situa ini, udah dikocok sekarang minta diemut.

Dia berdiri disamping sofa dan aku duduk sambil mengarahkan kont*l yg ada digenggamanku ke arah mulut ku. Aku mencoba memasukkan kedalam mulutku dengan susah payah, karena besar sekali jadi kujilati dulu kepala kont*lnya. Dia mendesah2 sambil mendongakkan kepalanya. Kutanya “Kenapa pak”. “Enak banget, terusin non, jangan berhenti”, ujarnya sambil merem melek kenikmatan. Aku teruskan aksiku, aku jilatin kont*lnya mulai dari kepala kont*lnya sampai ke pangkal batang, aku terusin ke biji pelirnya, semua aku jilatin. Aku coba untuk memasukkan kedalam mulutku lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahku. Dia memegangi kepalaku dengan satu tangannya sambil memaju-mundurkan pantatnya, mengent*ti mulutku. Sedang tangan satunya lagi meremas toketku sebelah kanan. gerakannya semakin lama semain cepat. Tiba2 dia menghentikan gerakannya. kont*lnya dikeluarkan dari mulutku.

Dia menaiki tubuhku dan mengarahkan kont*lnya ke toketku. “Non, bapak mau ngerasain kont*l bapak kejepit toket non yang montok ya”. Aku paham apa yang dia mau, dan dia kemudian menjepit kont*lnya di antara toketku. “Ahh.. Enak non. Diemut enak, dijepit toket juga enak. Tinggal dijepit mem*k yang belum”, erangnya menahan nikmat jepitan toketku. Dia terus menggoyang kont*lnya maju mundur merasakan kekenyalan toketku. Sampai akhirnya “Aduh non, sebentar lagi aku mau ngecret, keluarin di mulut non ya”. “Jangan pak, di mem*kku saja”, jawabku. Aku tidak ingin merasakan pejunya dimulutku, lebih baik dingecretkan di mem*kku, aku juga bisa ngerasain nikmat. Diapun naik keatasku sambil mengarahkan kont*lnya ke mem*kku. Dia mulai memasukkan kont*lnya yang besar dan panjang itu ke mem*kku.Pantatnya semain didorong dan didorong, sampai aku merem melek keenakan ngerasain mem*kku digesek kont*lnya. Dia mulai menggerakkan kont*lnya keluar dan masuk dimem*kku yang sempit itu. “Wuah, non, sempit betul mem*kmu, tak pernah terbayang dibenakku aku akan menikmati tubuh seorang perempuan yang montok dan cantik. Ternyata ngent*t dengan non lebih enak dari segalanya. Untunglah pak Hide bisa ngent*tin non”, dia menggumam tak keruan. Aku mulai merasakan nikmat yg tak terkatakan, luar biasa enak sekali rasanya.

Secara naluri aku gerakkan pantatku kekanan dan kekiri, mengikuti gerakan kont*lnya yg keluar masuk, wuihh tambah nikmat. Kulihat wajah tuanya menikmati sekali gesekkan kont*lnya di mem*kku. Tubuhnya yg hitam berada diatas tubuhku yang putih mulus, bergoyang-goyang maju mundur, dia memperhatikan kont*lnya sendiri yang sedang keluar masuk di mem*kku. Selang beberapa saat, dia mengajak ganti posisi, aku pasrah aja. Aku disuruhnya nungging seperti *censored**censored**censored**censored**censored* *censored*, dan dia menyodokkan kont*lnya dari belakang ke mem*k ku. Nikmaat sekali permainan ***** “Ennngghh…” desahnya tak keruan. Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, dia memegangi pinggulku dengan erat, aku merasa nikmat yang luar biasa. Tidak tahu berapa lama dia menggenjot mem*kku dari belakang seperti itu, makin lama makin keras sehingga akhirnya aku nyampe lagi “Pak, enjot yang keras, nikmat sekali rasanya”, jeritku. Dia mengenjot kont*lnya lebih cepat lagi dan kemudian pejunya muncrat didalam mem*kku berulang-ulang, banyak sekali. ‘crottt, croooth.., crooootttthh…’ Aku merasa mem*kku agak membengkak akibat disodok oleh kont*lya yang besar itu. “Non, mem*k non luar biasa deh cengkeramannya, nikmat banget non. Mimpi apa bapak semalem bisa ngent*tin non. Kerasa sekali gesekannya dikont*l bapak, kapan ya bapak bisa ngent*t sama non lagi”, katanya sambil terengah2. Enak aja, pikirku. Belum tentu juga mas Hide ngajak aku ke vilanya lagi. Harus kuakui dient*t pak Mat tidak kalah nikmatnya dari ngent*t dengan mas Hide sekalipun.

Setelah istirahat beberapa saat, dia bertanya padaku “Gimana non? enak kan?”. “Enak sekali pak, rasanya nikmat sekali, mem*kku sampe sesek kemasukan kont*l bapak, abis gede banget sih”, jawabku. Dia mencabut kont*lnya yang sudah lemes dari mem*kku. kont*lnya berlumuran pejunya dan cairan mem*kku. Mungkin saking banyaknya ngecretin pejunya dimem*kku.Dia pamit meninggalkan aku yang kelelahan dan terkapar di sofa. Aku kembali kekamar dan tertidur lagi karena kelelahan tapi nikmat sekali. Saking capenya dient*t 2 lelaki, aku sampai gak mendengar ketika mas Hide kembali. Aku terbangun ketika merasa bibirku ada yang mengecup, kukira pak Mat kembali pengen mengent*ti aku lagi, ternyata mas Hide. “Cape ya Nes, tidurnya nyenyak betul”, katanya tersenyum. Dalam hati aku bergumam, gimana gak mau capek, dient*t 2 lelaki ya ngabisin enersi. tetapi aku tidak menceritakan apa yang aku alami dengan pak Mat. Nanti pak Mat bisa dipecat karena ikut mengent*ti perempuan yang dibawa majikannya. Toh aku merasakan nikmat dient*t pak Mat. “Makan yuk, sudah lewat magrib. Tadi siang kan kamu cuma makan buah”,ajaknya. “Aku mau siram2 badan dulu ya mas”‘ jawabku. “Tadi kan udah mandi”, katanya. “Biar seger saja mas, gak lama kok”, jawabku. Aku mengguyur badanku di shower beberapa saat kemudian menyabuni tubuhku, menghilangkan keringatku yang bercampur dengan keringat pak Mat. Selesai mandi, aku mengenakan blus dan rok mini yang aku bawa dari rumah, dalemannya aku pakai yang tipis dan minim.

Bersambung ke Bag.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar