Selasa, 17 April 2012

Di balik jilbab Anafia

Pagi itu aku datang pagi ke kantor. Saat akan menuju ruangku, aku
berpapasan dengan Anafia Dwiyanty. Wanita manis berwajah mirip-mirip ama
Titi Kamal ini tengah membetulkan jilbab coklat mudanya. Ana tertunduk
saat mataku menjilat dadanya yang mengintip saat ia tengah mengancingkan
bajunya. Perempuan sintal bertinggi 160 cm ini amat montok. Bagiku Ana
amat menggairahkan. Keinginanku mencicipi kemaluannya terangsang 2 hal.
Ana berjilbab dan masih perawan ting-ting. Meski umurnya sudah 30 tahun
dan tergolong prawan tua namun dia belum bersuami. Walau Ana sendiri
udah ngebet pengen kawin. Sebenarnya tidak susah untuk wanita secantik
dia mendapat suami. Tapi Ana ini orangnya suka pilih-pilih.


Oh ya, namaku Soni umur 39 dan tergolong perjaka tua. Aku pingin
cepat-cepat punya istri dan Ana adalah tipe wanita idamanku. Oleh sebab
itu aku beberapa kali mengajak dan menawarkan dia untuk mau jadi
istriku. Namun wanita cantik berjilbab yang alim ini menolak tawaranku.
�Mas mau dengan saya? Nggak deh!, �dia berkata dengan angkuh menolakku.
�Yah, kita kan sama-sama sudah tua apa salahnya kita menikah?,� tanyaku
dengan agak marah. Aku jadi penasaran ingin ngentot dengan gadis
berjilbab yang alim ini.


Maka pagi ini aku bertekat ingin mencicipi memek Ana yang berbadan
sintal ini. Ada nikmatnya menggagahi wanita baik-baik. Anai melirikku
dengan sudut matanya. Pagi itu gaun bawahnya berwarna merah tanah dngan
belahan samping hampir selutut, kontolku langsung kejang melihat betis
putih kemerahan Ana yg tersingkap. Ana menatapku dg pandangan aneh.
Suasana kantor yg masih sepi pada 6.30 pagi membakar birahiku. Kubuntuti
Ana yg menaiki tangga secara pelan. Pantatnya begitu montok, celdamnya
membekas pada gaunnya, membentuk segi 3 yg amat ketat. Celdam yg
dipakenya pasti mirip popok.


Ana berhenti beberapa tangga di atasku, hingga aku bisa mengintip bawah
gaunnya. Ana seolah merangsangku dg melebarkan kaki hingga 2 batang paha
super mulus teronggok menantang. Ana berhenti beberapa saat. Kontolku
mengeras. Kutarik risletingku, lalu kukeluarkan kontolku, hampir
mengintip dari celah celanaku. Saat itulah Anai membalik ke arahku.
Melihat aku birahi, Ana memalingkan muka, bergegas menuju ruangnya.
Jalannya yang tergesa membuat kainnya terangkat, betisnya yg mulus
tersingkap, hingga pahanya yg mulus tampak jelas bagiku yg berada di
bawahnya. Aku memburunya ke ruangan atas tempat kerja. Saat aku masuk,
kudapati Ana berdiri menatapku dg sorot mata memendam birahi. Ia
berbalik memunggungiku, berjalan menuju jendela. Kupegang tangannya tapi
Ana menolakku. Sekali sentak seluruh tubuhnya jatuh dlm rengkuhanku.
Ana menggeliat. Perempuan berjilbab ini memang wangi tubuhnya. Dalam
dekapku Ana meronta kuat hingga kusudutkan Ana ke tembok. Kutekan
kontolku tepat pada selangkangnya hingga membuatnya jengah. Kupaksa Anai
menatapku tapi ia memalingkan muka dg mata terpejam & bibir
terkatup. Tak ada suara keluar dari mulut tipisnya. Hanya tarikan nafas
tertahan menahan malu karena birahi dg lelaki dia tolak. Tiap kutekan
kontolku tepat pada selangkangnya, kupastikan kontolku terasa olehnya.
Kupaksa Ana menatapku agar tahu birahiku padanya bukan hanya sex semata.
Ana menunduk, tapi selangkangnya makin melebar. Ia membiarkanku masuk.
Tubuhnya makin terangkat tinggi, kaki kirinya mengangkang hingga sepatu
putihnya hampir lepas, menampakkan tumitnya yg montok dg jari kaki bulat
lentik dan kuku terawat. Membuat kontolku mengejan makin keras cepat
pada selangkangnya. Seperti bersetubuh tapi masih berbaju. Saat mata Ana
mulai merem melek merasakan kekenyalan kontolku pada selangkangnya,
mendadak kutarik gaun bawahnya ke atas. Tubuhnya kuangkat agak tinggi,
lalu kuturunkan celanaku hingga tampak kontolku. Kulorot celdam Ana.
Perempuan berjilbab itu menamparku saat kucoba memasukkan kontolku pada
kelamin Ana yg mulus dg sedikit rambut. �Jangan kurang ajar ya!,�kata
Ana dengan ketus. �Terserah kamu, kamu harus mau melayaniku pagi ini
sayang!,� kataku seenaknya tapi penuh gairah terhadap wanita berjilbab
ini.


Ana mengatupkan paha kuat-kuat. Kuremasi belakang pantat montoknya, hingga

merabai pahanya. Ana menarik nafas, selangkangnya terbuka langsung
kuhunjam kontolku dalam vaginanya. Tak berdaya mempertahankan
kehormatannya sebagai gadis alim yg berjilbab, Ana pasrah kuentot.
Kudorong kontol ke memek Ana, agak susah dan terasa sesak sebab memek
Ana masih rapat dan perawan. Selama ini Ana memang belum pernah pacaran
dengan siapa pun. Kembali kudorong kontol ke memek gadis berjilbab ini.
Batang pahanya yg putih mulus memacuku. Vaginanya berdenyut menampung
batang kontolku. Ana menatapku dg takjub tiap kali kuhentak kuat
kontolku dalam kelaminnya, meskipun dia juga merasa sakit karena baru
pertama kali ngentot. Makin lama entotanku makin cepat, keras dan kuat.
Anafia masih menahan malu meluapkan birahinya. Kupegang kain jilbabnya,
kutarik kuat kepalanya ke belakang. Kubenamkan kontolku dalam-dalam di
liang kemaluan Ana, lalu maniku muncrat deras. Ana merintih. Kusemburkan
maniku beberapa kali, lalu pelan kucabut kontolku sambil menggerakkan
kontolku keluar masuk dalam kemaluan perempuan berjilbab ini, memberi
Ana sensasi nikmat sexual.

Saat kutarik lepas kontolku, Ana jatuh terduduk lemas. Dia jongkok,
berusaha mengeluarkan tumpahan maniku yg bercampur darah perawannya yang
sisanya mengaliri vaginanya. Ana menatapku tajam dg pandangan marah
tapi suka dg godaan birahiku. Dilemparnya celdamnya yg kurobek.


Kemudian Ana menangis, menyesali kejadian yang sudah berlalu. Aku
tersenyum penuh kemenangan. �Gimana mau kan nikah sama aku kan sayang,�
bujukku lagi. Ana tidak menjawab, peduli amat, yang penting aku sudah
merasakan memek gadis alim berjilbab ini. Aku bergesas ke tempat kerjaku
sebab sudah ramai orang yang datang. Sebelum pergi kukecup bibir tipis
wanita alim ini. �Nanti Kita ulangi lagi ya sayang.,�kataku. Ana tidak
menjawab dia hanya tersenyum sebelum kutinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar