Minggu, 05 Agustus 2012

Mbak Ira, Suster Cantikku







Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu

saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya

masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan

asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki

pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita

ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini

adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat

ini.



Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak

tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit

dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit

hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa

hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan

merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha

pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya

lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas

kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.



Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan.

Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari

tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk

berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya

sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak

panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup

luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa

pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang

sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum

mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.



Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku

untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang

kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke

kamarku.

"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.

Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu

tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang

terlihat montok dan menggiurkan.

"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin

karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak

mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari

ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.

Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu

ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun

dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat

sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.

"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang

Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah

boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.



Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku

seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku

membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan

menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong

sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien

rumah sakit yang tipis itu.

"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih,

pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".

Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku

yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya

cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku

dengan selimut.

"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem

kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis

itu.

"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa

lengket mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban mbak

kerja disini. Tapi mbak bener-bener ngga berani kalau pak

dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah

memancing gairahku.

"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan

ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat

"nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum

pengalaman dalam soal memikat wanita.



Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu,

kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja

disamping tempat tidurku.

"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa

lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan

melumuri telapak tangannya dengan bedak.

Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang.

Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap

bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa

membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira

kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya

dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.



Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak,

terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa

terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak

membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani

sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.

Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh

tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin

kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak

mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku

melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu

meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan

bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.



Beberapa saat kemudian mbak Ira menyuruhku membalikkan badan.

Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali

melihat kontolku yang ereksi.

"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri,

sayapun membalikkan tubuhku.

Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku,

rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung

mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku

dengan memejamkan mata.

Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan

sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya

benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali

telapak tangannya menyentuh putingku.

"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.

"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar

ucapannya ini.

"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"



Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar

terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih

keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa,

cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma

tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin

berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan

memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan

sesekali dicubitnya putingku.

"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.

"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau

putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari

nakalnya.

Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu

sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh mbak Ira, satu sisi

saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin

saja tiba-tiba masuk.



"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya mbak Ira kepadaku.

"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah

mana dia akan berbicara.

"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.

"Belum mbak" jawabku lagi.

"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih",

lanjutnya centil.

Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak

olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan.

Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.

"Pantes deh, de Iwan dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus,

Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?

Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.

Belum sempat saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya.

Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.

Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku,

dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan

lidah dan gigi-gigi kecilnya.

"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.



Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya

mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,

setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.

Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit

mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan

memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya

dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali

saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh

mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai

kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba

menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.

"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa

gawat", katanya.

Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari

tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak

disudut kamar.



Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian

dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak

merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas

menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang

bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya,

digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing

seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk

sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang

berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini

lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan

wanita, namun mbak Ira benar-benar pintar membimbingku.

Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam

berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang

berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh

enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka

Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi

puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan

sesekali menggigitnya.

"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih",

desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan

membenamkannya ke dadanya.



Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak

saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat

dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini

kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan

kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap

selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua

tangannya.

"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan

agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.

Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang

kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya

sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.

Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.

Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol

kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana

dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.



Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil

melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah,

sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi

bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit

becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol

kaki.

"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget",

desahnya keras.

Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak

khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan

keras juga.

"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin

banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya

mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film

BF yang biasa kutonton.

"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.

Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala

kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya

itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol

kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum

pernah kurasakan sebelumnya.



Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang

terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini

kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang

kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa

mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.

"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan

tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari

jepitan bibirnya yang manis itu.

Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya

agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya

sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya

benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.

Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di

sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap

berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera

"keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan

terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat

enak sekali.

"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan

mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak

dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Ira.



Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati

cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut

merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat

kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku

melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang

dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian

seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan

mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah

tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar

pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari

mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati

pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya

melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara

langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Ira.

Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan

kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet

sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan mbak Ira.

Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak

mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu

menggoda.



Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol

sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.

Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam

memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan

satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih

mengeras dan terlihat makin mancung itu.

"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda mbak Ira

sambil mendekati diriku.

Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang

tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan

memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah

mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali basah. Saya

mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan

jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.

"Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe",

agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.

Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga

merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja

dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua

kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.



Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh

sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap,

disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat,

benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah

oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat

mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk

menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk

beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak

Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia

juga sambil memainkan memeknya sendiri.



Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.

Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau

keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.

"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena

teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat

memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.

Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke

arah mulutku.

"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.



Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok

kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.

Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul

dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai

hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan

kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.

"Ahh.. ahh..", desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan

dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan

mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan

yang keluar dan tercium bau amis itu.

Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan

bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun

orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang

pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti

membawaku terbang ke langit ke tujuh.



Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia

duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku

yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan

meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian

ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami

keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan

aman-aman saja.



Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan

seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan

Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering

berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya

yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi

sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah

beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.



Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih

kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya,

lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling

memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa

"horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya

sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta

dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit,

benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling

tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar

fantastis menurutku...



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar